Oleh : Dian Salindri (Komunitas Muslimah Menulis)
Pagi ini seperti pagi biasanya, kesibukan-kesibukan di dapur yang menjadi rutinitas harian. Saat sedang mengiris sayuran, sayup-sayup terdengar suara yang biasa di telinga, suara pengumuman dari masjid. Seketika hati menjadi was-was bertanya pengumuman apakah gerangan.
Dan benar saja, suara di kejauhan itu dimulai dengan kalimat “Innalillahiwainnailaihirojiun” yang berarti ini adalah sebuah berita duka. Seolah tubuh ini pun membeku, mencoba mendengarkan dengan seksama siapakah gerangan yang telah pergi. Setelah selesai pengumuman dan mengetahui siapa yang telah meninggal, memanjatkan doa, kemudian melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda sejenak.
Tapi entah kenapa kemudian aku merasa sendu, membayangkan suatu saat nama yang di sebutkan yang terdengar dari toa masjid itu adalah namaku, kemudian yang tidak begitu mengenalku ini akan terus melanjutkan kegiatannya, ada yang merasa simpati, ada yang biasa saja.
Kemudian membayangkan ketika saat itu seluruh keluarga berkumpul, menangisi kepergianku, mungkin juga beberapa sahabat datang melayat, pada saat itu semua berduka, tapi apa peduliku ?
Aku hanyalah seonggok jenazah yang telah selesai kisahnya di dunia ini, tak bisa menangis bersama mereka, tak dapat memeluk mereka yang sedang berduka. Tak lagi ada kata yang bisa terungkap…
Kemudian tanah itu sedikit demi sedikit jatuh menutupi tubuh ini, berakhirlah sudah rangkaian pemakamanku. Satu persatu keluarga, sahabat, kerabat, kenalan melangkah pergi meninggalkanku untuk kemudian melanjutkan lagi kehidupan mereka tanpa aku.
Dan aku ?
Aku sendiri, bersama amalanku yang entah apakah cukup untuk menerangi kubur ini.
Entah apakah cukup untuk menghindariku dari siksa kubur
Apakah waktuku di dunia ini sudah digunakan dengan sebaik-baiknya sehingga bisa membuat kubur ini terasa seperti sekejap saja menuju hari kebangkitan.
Bahwa yang mati akan sendiri mempertanggung jawabkan perbuatannya, menanti hari kebangkitan dengan siksa atau dengan tenang.
Bahwa mereka yang hidup akan terus melanjutkan kehidupannya tanpa dirimu dengan baik atau dengan berat. Seiring waktu isak tangis tidak ada lagi, air mata akan mengering, dan semua akan menjadi biasa tanpa kehadiranmu.
Ah.. ini hanya sedikit gambaran tentang kematian.
Tapi tak usah takut mati, karena setiap yang bernyawa pasti mati. Cukuplah kematian sebagai pengingat untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya pahala, menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, untuk terus meniti hidup di jalan yang Allah Ridhoi.