DepokNews — Sumpah pemuda tersirat makna yang sangat penting untuk bangsa Indonesia. Salah satu maknanya ialah setiap pemuda berjuang sampai darah penghabisan untuk menjunjung tinggi tanah air Indonesia.
Namun, bagaimana dengan pemuda di daerah? Khususnya pemuda di Kota Depok?
Banyak yang memaknai sumpah pemuda sebagai suatu hal yang sangat sakral. Pasalnya, Peringatan Sumpah Pemuda yang tepatnya pada tanggal 28 Oktober, menjadi pengingat bagi kita bahwa bangsa ini pernah berjuang dengan tekat yang sangat keras untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajah saat itu. Hal ini menjadi sebuah keajaiban, karena Pemuda Indonesia yang saat itu tanpa ada handphone maupun komputer, dapat bersatu membentuk sebuah ikatan yakni sumpah pemuda, padahal kita ketahui pada saat itu orang-orang masih awam dengan arti nasionalisme dan lebih condong ke daerahan.
Terlepas dari itu, Kota Depok memiliki banyak generasi muda. Itu dibuktikan dari 70 persen penduduk di Kota Depok adalah anak-anak muda. Selain itu, di Kota Depok juga sebagai Kota Seribu Komunitas. Maka tak heran jika Kota Belimbing ini memiliki banyak pemuda di dalamnya yang mampu menjadi generasi pemimpin selanjutnya.
Lalu, Bagaimana tanggapan pemuda Depok mengenai Sumpah Pemuda?
Di jaman era digital banyak anak muda yang kehilangan jiwa nasionalisme dan patriotisme terhadap bangsa dan negaranya. Apalagi sekarang ini beragam fasilitas mudah didapatkan. Al hasil, sebagian dari pemuda menjadi egois dan hanya ingin mementingkan dirinya sendiri.
Salah satunya, Agung, Mahasiswa Bidikmisi yang sedang mengenyam pendidikan di Politeknik Negeri Jakarta. Ia menuturkan bahwa makna dari sumpah pemuda itu tidak terlepas dari hal patriotisme. Patriotisme baginya ialah cinta tanah air dan bangsa.
“Kita sebagai pemuda Bangsa Indonesia harus tetap menjunjung tinggi dan tidak melepas jiwa patriotisme. Terutama di jaman sekarang, atau jaman yang masih belum merasakan play sentimental dari sumpah pemuda. Karena sumpah pemuda itu itu adalah para pemuda ingin bersatu agar tidak terjadi yang namanya terpecah belahnya negara ini lagi jadi kita para pemuda lebih baik nya tak mengingat siapa kita dan untuk apa kita ada. ” ujarnya kepada awak
depoknews.id.
Sebab, sekarang ini merupakan jaman yang mungkin memang tidak dijajah lagi oleh para penjajah, Kata Agung. Akan tetapi, di era milenial ini merupakan tantangan yang paling sulit. “Mengapa? karena kita sedang menghadapi dunia baru, dimana komunikasi dimudahkan dan kita mampu mendapatkan apa saja dengan cepat. Namun, hal itu terkadang disalahgunakan oleh oknum tertentu. Maka dari itu, kita sebagai pemuda yang cerdas harus cerdas pula dalam menghadapi jaman globalisasi ini,” jelasnya.
Selain itu, Farhan Ramasatya, Salah satu anggota dari komunitas freestyle basket G.O.D (Gen Of Diverse) menanggapi bahwa masih banyak pemuda sekarang yang kurang menanamkan rasa patriotisme dan nasionalisme.
“Mungkin karena kurangnya penanaman rasa nasionalisme terhadap para remaha dan kurang bimbingan untuk hal bagaimana para remaja sekarang berjuang di jaman now seperti ini,” paparnya.
Ia pun memberikan saran kepada para pemuda yang saat ini sedang menghadapi gerusan teknologi agar tidak pernah melupakan jiwa nasionalisme. “Caranya mudah, kita menanamkan rasa cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan atau aktivitas yang positif,” tandasnya.