Hidup Bersosialisasi dan Bermasyarakat

Oleh :  Wali Kota Depok, KH. Dr. Mohammad Idris, MA

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبرُِ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ ( أَخْرَجَهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالإمَامُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ )

Dari Ibnu Umar r.a berkata: Rasulullah saw bersabda: Mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar dari ‘siksa mereka’ lebih besar pahalanya dari pada mukmin yang tidak bergaul dan tidak sabar dari ‘siksa mereka’ ( HR Ibnu Majah dalam sunannya no: 4032 kitab al-fitan, Imam Ahmad dalam musnadnya 2/43 dan imam Tirmizi dalam sunannya, lihat Faidhul Qodir al-Munawi 6/255).

Manusia adalah makhluk sosial. Tidak ada satu kegiatan seorang manusia kecuali kegatan tersebut terkait dengan kegiatan orang lain. Tidak ada seorang diantara kita dalam hidup ini yang tidak membutuhkan orang lain. Tidak bisa kita hidup menyendiri untuk kelangsungan dan memelihara misi hidup.

Diantara misi mukmin adalah memakmurkan hidup dan kehidupan, menjalankan peran-peran khalifah di muka bumi. Maka untuk menjalankan misi mulia ini setiap mukmin mesti berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang banyak, betapapun keberagaman sikap, latar belakang pendidikan dan sosial; yang seringkali keberagaman itu membuat hidup tidak nyaman, tetapi tetap saja bersosialisasi dengan keadaan demikian lebih baik dibanding dengan orang yang tidak bersosialisasi dengan masyarakat.

Hadits diatas secara kontekstual menjelaskan bahwa resiko interaksi dengan masyarakat berupa ’gesekan’ atau ’keributan’ dsb merupakan sesuatu yang biasa terjadi, karenanya mesti dihadapi dan disikap dengan kesabaran dan tidak emosional apalagi arogan.

Solusi dari resiko interaksi dengan masyarakat adalah menghadapinya dengan ’kepala dingin’ dan berupaya mencari kompromi-kompromi dalam rangka meraih kebaikan-kebaikan dari Allah SWT