Miliki 1,2 juta Buku, Perpustakaan UI Bisa Jadi alternatif Wisata Edukasi

DepokNews- Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia (UI) atau yang familiar disebut The Crystal Knowledge mungkin bisa menjadi alternatif wisata edukasi bagi anak-anak. Perpustakaan yang terletak di dekat Danau Kenanga ini selalu ramai dikunjungi publik. Disini tersimpan setidaknya lebih dari satu juta judul. Dengan perkiraan jumlah buku sekitar 1,2 juta.

Tak hanya buku-buku versi print saja yang ada disini. Tapi tersimpan juga buku-buku yang sudah dialihkan ke digital. Sehingga untuk membacanya tak perlu lagi membawa buku tebal-tebal, namun cukup dengan menggunakan layar komputer.

“Disini juga tersimpan naskah kuno, buku langka dari seluruh wilayah,” kata Kepala Perpustakaan Pusat UI, Fuad Gani.

Untuk judul kuno sendiri, disini tersimpan sebanyak 1.040 dari seluruh wilayah dan Belanda. Bahkan ad buku yang sudah terbit sejak 1.650 tahun. Tak hanya itu disini juga ada buku yang ditulis diatas daun lontar. Bentuknya kecil dan ditulis dengan alat khusus yang hanya ada pada zaman itu.

“Buku lontar ada ratusan yang tersimpan disini. Namun disimpan di ruang khusus,” ungkapnya.

Salah satu naskah kuno yang disimpan disini adalah naskah Bausastra Jawi-Welandi yang dibeli dari G.P.H. Hadiwidjojo pada tahun 1977. Saat itu G.P.H. Hadiwidjojo merupakan kepala Museum Radya Pustaka. Naskah yang dibeli UI dari museum berjumlah 29 buah yang sekarang disimpan dalam ruangan khusus di Perpustakaan Pusat UI. Untuk masuk ke ruangan ini tidak boleh sembarangan karena memang tertutup untuk umum.

“Naskah Radya Pustaka yang ada di Perpustakaan UI dibeli pada tahun 1977 dan saat ini disimpan dan dirawat dengan sangat baik di Ruang Naskah Perpustakaan. Naskah tersebut telah diinvestaris sebagai aset negara yang dimiliki dan dikelola oleh Perpustakaan UI,” jelas Fuad.

Setelah 40 tahun tersimpan di UI naskah-naskah itu masih dalam kondisi bagus. Naskah kuno yang ditulis oleh Winter Wilkens itu pun nantinya bisa diakses secara online. Namun saat ini prosesnya masih bertahap. Pihaknya sudah melakukan digitalisasi terhadap buku-buku dan naskah serta semua koleksi yang dimiliki.

“Kita sudah lakukan digitalisasi. Bentuknya dalam mikro film dan sedang dalam proses upload. Dengan demikian para sivitas akademika UI dapat membaca isi naskah kuno tersebut hingga generasi seterusnya,” tandasnya.

Naskah Bausastra Jawi-Welandi itu terdiri dari 29 buah dengan ketebalan berbeda-beda. Isinya adalah kamus bahasa Belanda-Jawa yang dituliskan denga tangan. Jika ditotal jumlah halaman mencapai 4.531 dengan 36 baris/halaman yang ditulis diatas Kertas Eropa.

Staff Perpustakaan UI, Aswinna menuturkan, perlu perawatan khusus untuk menyimpan naskah kuno tersebut. Mulai dari sinar yang tidak boleh terlalu terang, cuaca yang tidak boleh panas hingga harus steril dari debu.

“Tidak bisa diakses sembarangan. Untuk membukanya juga perlu perlakuan khusus agar tetap bagus,” katanya.

Di ruang khusus itu selain menyimpan naskah Bausastra juga disimpan naskah kuno lainnya. Bahkan tersimpan pula Kitab Perjanjian Lama yang usianya ratusan tahun.

Untuk bisa masuk ke perpustakaan ini pengunjung harus melakukan pendaftaran terlebih dulu. Untuk pengunjung yang pertama kali masuk harus membuat kartu anggota. Setiap kali masuk bagi pengunjung umum dikenakan retribusi Rp 5.000 dan Rp 2.000 bagi anak sekolah. Ini bukan tujuan komersil tetapi lebih untuk keamanan saja.

Begitu masuk, pengunjung harus menunjukkan kartu keanggotaan. Kemudian akan teridentifikasi datanya barulah kemudian boleh masuk. Namun jangan lupa untuk menitipkan tas di loker ya. Karena untuk masuk ke lantai 2 dan 3 tidak diperbolehkan membawa tas apalagi makanan atau minuman. Sama seperti di perpustakaan lainnya, pengelol pun menerapkan aturan yang sama.

Jam operasional di perpustakaan ini adalah Senin-Jumat pukul 08.00-17.00 WIB. Berada di perpustakaan ini tak akan membuat kita bosan. Karena arsitektur dan pemandangan dari bagian atas sangatlah menyenangkan. Kita bisa melihat danau dari sisi atas atau bangunan pencakar langit yang ada di Margonda. Sedangkan di sisi bawah terdapat ukiran-ukiran kayu berukuran besar yang menggambarkan seolah sedang berada di sebuah bangunan kuno.

Jika sudah berlama-lama di dalam area perpus, kita juga bisa menikmati segarnya udara dari arena luar. Spot favorit pengunjung disini adalah tempat duduk melingkar yang tepat mengarah ke Balairung. Yang juga menyenangkan disini yaitu banyaknya pohon-pohon besar di sekitar tempt duduk jadi bisa bikin betah berlama-lama.

“Biasanya kesini sore hari kalau lagi capek sama kuliah suka kesini. Enak aja lihat pemandangan alam gini,” kata Siska, salah satu mahasiswi.

Tempat ini juga terlihat ramai pada minggu pagi. Warga yang lelah berolahraga biasanya duduk di tempat ini untuk istirahat. Anak-anak kecil pun berlarian di lokasi ini. Namun harus tetap diawasi oleh orang tua karena tempat ini sangat dekat dengan danau. Area luar perpustakaan ini terbuka hingga pukul 19.00 WIB. Biasanya perlahan pengunjung mulai bergeser jika sudah malam.

Nah, jika ingin berwisata gratis bisa mengajak anak-anak ke sini. Jika tidak ingin masuk ke dalam area perpus, kita bisa menikmati area luarnya untuk bersantai atau melepas lelah.(mia/ruli)