Posyandu di Depok Gelar ORI Difteri

DepokNews- Seluruh puskesmas dan posyandu yang ada di wilayah Depok menggelar ORI (Outbreak Respons Immunization) Difteri. Hal ini dilakukan mengingat Depok dinyatakan KLB (Kejadian Luar Biasa) Difteri pasca seorang anak kecil warga Depok meninggal dunia lantaran terkena difteri.
ORI Difteri sendiri adalah tindakan cepat berupa imunisasi massal untuk memutus rantai penyebaran penyakit Difteri. Pemberian imunisasi dilakukan dengan usia sasaran 1 tahun – < 19 tahun.
Berdasarkan data yang diperoleh,  pengelompokan pemberian vaksin tersebut terbagi menjadi usia 1- < 5 tahun diberikan Vaksin DPT- HB-Hib, usia 5 – < 7 tahun diberikan Vaksin Difteri  Tetanus Difteri dan usia 7- < 19 tahun diberikan Vaksin Tetanus Difteri Td. Imunisasi diberikan dalam tiga tahap yakni suntikan pertama pada bulan pertama, suntikan kedua interval 1 bulan dari suntikan pertama dan suntikan ke 3 interval 6 bulan dari suntikan ketiga.
Tak mau menyiakan-nyiakan kesempatan, puluhan ibu-ibu terlihat mendatangi Posyandu agar anak mereka mendapatkan imunisasi difteri. Seperti yang terlihat di Posyandu dan Posbindu Mawar yang berada di RW 13 Kelurahan Depok Jaya Kecamatan Pancoran Mas.
Salah satu warga, Evi Kusmandari menuturkan dia membawa anaknya yang berusia 15 bulan untuk diimunisasi lantaran mendengar kabar ada korban difteri yang meninggal dunia.
“Saya nggak tahu sebelumnya difteri itu apa. Tahu nya pas denger ada anak yang meninggal karena difteri, kemudian saya cari tahu informasi tentang penyakit itu di internet, ” kata warga RT 03 RW 13 Kelurahan Depok Jaya Kecamatan Pancoran Mas tersebut, Senin (11/12).
Dia mengaku jika sosialisasi bahaya penyakit difteri belum ada. Namun dirinya mendengar kabar dari masyarakat sekitar lingkungan jika ada pemberian vaksin di puskesmas.
“Pas tahu ada anak yang meninggal karena difteri, saya takut banget. Meski anak saya sudah diimunisasi sejak usia 0 bulan sampai sekarang, tapi tetap saya kasih vaksin ini. Tadi dikasih obat 3 Kali sehari. Imunisasi ini sangat membantu dan gratis,” jelasnya.
Evi menambahkan usia mendengar ada wabah penyakit difteri, ia pun langsung bergegas mencari tahu segala informasi terkait penyakit tersebut.
“Saya tahu nya difteri kayak panas dalam. Ciri-cirinya demam tinggi, radang tenggorokan, sariawan di mulut, sesak napas. Jangan sampai anak kita terkena penyakit ini. Meski sudah divaksin, harus diberi imunisasi difteri. Saya juga ajak tetangga saya supaya jangan takut kasih bawa anaknya ke puskesmas. Ini kan demi keselamatan dan kesehatan anak kita juga,” tutupnya.(mia)