Selama Sepekan, Tim Jaguar Ciduk Enam Remaja Penjual Senjata Buat Tawuran Genk

DepokNews—Tim Jaguar Polresta Depok selama sepekan berhasil mengamankan sejumlah remaja menjual senjata tajam yang diduga akan digunakan untuk tawuran.

Katim Jaguar Iptu Winam Agus, Senin (11/6) mengatakan salah satu remaja yang diamankan semalam adalah A (16) yangdiketahui melakukan aktivitas jual beli sajam di social media.

A melakukan penjualan dengan cara menawarkan di social media. Harga satu buah celurit dijual antar Rp 300.000. A memposting  sajam untuk ditawarkan pada pembeli.

Setelah pembeli tertarik kemudian terjadi transaksi secara cash on delivery (COD). Sejak sepekan ini Tim Jaguar sudah mengamankan setidaknya enam orang yang terlibat penjualan senjata tajam.

Mereka biasanya menjual pada remaja-remaja yang digunakan untuk tawuran.

“Pada malam kami amankan satu orang di Sukmajaya. Sebelumnya ada dua dan beberapa hari sebelumnya tiga orang. Total sepekan ini ada enam orang yang kami amankan,” ucapnya.

Pihaknya mengaku rutin melakukan patrol. Baik yang sifatnya fisik maupun pemantauan melalui cyber.

Karena banyak juga tindakan kejahatan yang dilakukan melalui cyber.

“Yang kami amankan semalam memang menjual sajam di social media. Kami terima laporan lalu kami tindaklanjuti,” ungkapnya.

Dari penuturan sejumlah orang yang diamankan mereka baru menjual satu kali. Namun pihaknya tidak percaya begitu saja.

Pasalnya dari cara penjualan yang dilakukan diduga mereka sudah sering menjual sajam ke banyak orang.

Yang membeli biasanya remaja dan digunakan untuk tawuran.

Mereka jual celurit lengkap dengan sarungnya juga. Pengakuan baru sekali tapi itu tidak kami percaya begitu saja,” tandasnya.

Yang membeli sajam melalui para penjual ini biasanya adalah remaja yang bergerombol.

Ketika ditanya penggunaanya tidak jauh untuk melakukan aksi tawuran.

“Yang beli anak-anak geng. Ya biasanya untuk tawuran. Ini yang kami pantau dan antisipai agar Depok tidak mewabah hal yang demikian,”katanya.

Munculnya fenomena sejumlah geng di Depok dipicu dari kurangnya ruang ekspresi anak.

Mereka yang tidak memiliki aktivitas cenderung berkumpul dan berkoloni kemudian melakukan tindak negatif.

Dia pun mengimbau pada orang tua agar lebih memperhatikan anak-anak.

Jika sudah larut malam dan belum pulang sebaiknya dipantau dan diperhatikan gerak geriknya.

Hal ini untuk mencegah agar anak tidak berkumpul dan terlibat perbuatan negative.

“Kemudian perlu sinergi dengan lingkungan. Jika melihat ada kerumunan tidak jelas bisa ditegur untuk dibubarkan secara baik-baik,” katanya.