Depoknews.id, Depok– Tahun 2016 terdapat 3700 kasus perceraian yang terjadi di Kota Depok. Tentunya angka ini sangat memprihatinkan, dan meningkat dibandingkan pada tahun 2015 yakni sebanyak 2900 kasus. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian di Kota Depok.
Menurut Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Depok, Chalik Mawardi menuturkan bahwa penyebab utama perceraian yang terjadi dikarenakan efek dari teknologi diantaranya penggunaan media sosial yang rawan memicu perselingkuhan.
Tidak hanya itu, faktor ekonomi dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) juga menjadi pemicu banyaknya perceraian yang terjadi di Kota Depok. “Angka ini terbilang melonjak tajam. Kami pun berupaya mengatasinya dengan memberikan pembinaan terhadap calon-calon pengantin,” kata Chalik di Depok.
Menurutnya pembinaan sangat penting untuk mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Juga mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga.
Para pengantin yang akan menikah akan dibekali pengetahuan mengenai fiqih atau hukum pernikahan, konsekuensi membangun rumah tangga dan pengetahuan tentang rumah tangga lainnya. Para pengantin juga akan dibekali dengan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
Sementara itu Walikota Depok, Pradi Supriatna prihatin dengan banyaknya kasus perceraian di Depok. Ia pun meminta warganya untuk lebih arif dalam memfilter setiap informasi yang beredar di media sosial dan dapat lebih bijak menggunakan media sosial.
“Era digital saat ini, fenomena media sosia menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya perceraian. Untuk itu ada baiknya harus ada filter dari diri sendiri untuk kebaikan,” terang orang nomor dua di Depok tersebut.
Ia pun mengingatkan kepada warganya untuk bisa memilah tayangan televisi, antara yang positif dan negatif. Misalnya tayangan infotainment yang dinilai justru memiliki andil dalam pengaruh buruk yang dapat memicu terjadinya perceraian.
“Infotainment juga berpengaruh, hal yang baik dicontoh dan hal yang kurang baik di infotainment jangan ditiru. Jadi filternya ada di diri kita sendiri,” kata Pradi seperti dikutip dari Beritasatu.com.