DepokNews- Guru honorer Andika Ramadhan Febriansah yang dikabarkan diberhentikan secara sepihak dari sekolah SMAN 13 Cimanggis angkat bicara. Mahasiswa jurusan sejarah Universitas Negeri Jakarta semester terakhir mengungkapkan kekecewaanya.
Peristiwa tersebut bermula adanya postingan yang ditulis Dika panggilan akrabnya di sosial media. Dalam postingan tersebut Dika menyebutkan tentang buruk nya sistem pendidikan yang ada di sekolah tersebut salah satunya adanya pungutan liar dan bangunan sekolah yang tak kunjung selesai. Tak terima dengan curhatannya itu Dika pun dipecat.
Postingan itu kemudian menjadi viral lantaran mendapat banyak respon di media sosial. Bahkan banyak netizen yang mendukung Dika termasuk siswanya yang sudah jatuh cinta dengan cara pengajaran Dika. Tak lama postingan itu muncul, Dika mendapat kabar jika dirinya tidak lagi mengajar di sekolah tersebut. Selain memang dikarenakan masa kontrak yang telah habis, diduga ada masalah lain yang menjadi pemicu diberhentikan dirinya.
“Saya memang udah habis kontraknya. Kontrak dari Juli 2016 hingga Juli 2017. Tapi setelah saya posting tentang keluhan siswa mengenai pungli dan keadaan sekolah beberapa waktu lalu, saya lihat nama saya sudah nggak ada lagi. Kemudian saya temui kepala sekolah untuk meminta penjelasan. Kalau dari penjelasan kepsek saya memang sudah habis masa kontraknya,” jelasnya.
Ia pun mempertanyakan tentang sikap sekolah yang dinilai tak adil. Jika memang dirinya belum lulus sarjana seharusnya diberitahukan sejak awal.
“Saya katanya mau dipindahkan ke bagian perpustakaan agar saya fokus selesai kan skripsi. Karena postingan ini ramai, saya diberhentikan. Padahal apa yang saya tulis benar adanya,” bebernya.
Dirinya mengungkapkan alasan lain ia diberhentikan lantaran metode pengajaran yang diduga tidak sesuai dengan ketentuan sekolah.
“Saya ngajar itu bikin siswa fun, senang. Yang penting materi sampai. Saya ikutin metode pembelanjaran Finlandia. Caranya saya suka putarkan film yang membangkitkan semangat anak-anak, kemudian buat resume terhadap film yang ditonton. Tapi itu dinilai tidak tepat,” paparnya.
Selain itu ia menambahkan jika selama dirinya mengajar tidak memberikan ulangan.
“Meski demikian saya sudah beri tugas mereka setiap minggu. Tujuan guru kan mendidik, saya dipercayakan sebagai pendidik, bukan tenaga pengajar. Saya menumbuhkan kepercayaan ke mereka supaya nggak minder dengan bangunan sekolah yang masih mangkrak, harus terus bersemangat,” tambah alumni sekolah Master tersebut.
Dirinya juga sempat membentuk komunitas belajar di luar jam sekolah. Namanya Studio Merdeka disana mereka diajarkan untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah yang terjadi saat ini tidak selalu berhubungan dengan pelajaran.
“Dan saya dengar mereka yang ikut itu kini mendapat intimidasi dari sekolah,” tuturnya.
Ia pun merasa keberatan dengan pemberhentian dirinya tersebut. “Tapi saya tetap keukeuh, saya belum dapat alasan yang masuk akal. Kalau bapak mempersalahkan tulisan saya silahkan bicara saja. Saya bisa menyeselaikan skripsi dengan mengajar, kenapa harus di berhentikan,” ucapnya.
Dika juga menjelaskan tentang adanya keluhan pungutan liar yang diungkapkan ssiswanya. ” Banyak orang yang keluh ke saya, kenapa sumbangan ditentukan jumlahnya walaupun prakteknya ada yang bayar Rp 300 ribu. Uang foto kopi juga begitu, ada yang ngadu ke saya per lembarnya Rp 1000. Saya lapor ke banyak guru, jawabanya mengecewakan,” ujarnya.
Dirinya berharap dapat menyelesaikan permasalahan itu secara kekeluargaan. “Bagi saya yang terpenting adalah status saya. Saya nggak mau sekolah begitu sinis melihat gerakan #SaveDika, begitu sinis melihat anak anak yang meneriakan nama saya,seolah-olah mereka salah membela saya,” pungkasnya.(mia/ruli)