DepokNews — Siapa yang tidak tahu Penyakit kaki gajah atau Filariasis? Ya, Filariasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria yang sempat ramai pada tahun 2000 silam. Penyakit ini dapat menyerang hewan maupun manusia yang mampu membuat bagian tubuhnya menjadi bengkak. Tapi, Tahukah Anda bahwa Parasit filaria memiliki ratusan jenis, tetapi hanya 8 spesies yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Pengelompokan filariasis umumnya dikategorikan menurut lokasi habitat cacing dewasa dalam tubuh manusia. Beberapa jenisnya meliputi filariasis kulit, limfatik, dan rongga tubuh.
Parasit filaria masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Parasit tersebut akan tumbuh dewasa berbentuk cacing, bertahan hidup selama 6 hingga 8 tahun, dan terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia.
Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Pembengkakan tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat permanen.
Menurut Dr. Liani, biasanya gejala filariasis limfatik terbagi menjadi 3 kategori. Pengelompokan tersebut meliputi kondisi tanpa gejala, akut, dan kronis. Sebagian besar infeksi filariasis limfatik terjadi tanpa menunjukkan gejala apa pun. Meski demikian, infeksi ini tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal sekaligus memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
“Filariasis limfatik akut terbagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu adenolimfangitis akut (ADL) dan limfangitis filaria akut (AFL). Apabila mengidap ADL, pasien akan mengalami gejala demam, pembengkakan noda limfa atau kelenjar getah bening (limfadenopati), serta sakit, merah, dan bengkak pada bagian tubuh yang terinfeksi. ADL dapat kambuh lebih dari 1 kali dalam setahun, terutama di musim hujan. Cairan yang menumpuk dapat memicu infeksi jamur dan merusak kulit. Makin sering kambuh, pembengkakan bisa makin parah.,” ujarnya.
Sedangkan AFL yang disebabkan oleh cacing-cacing dewasa yang sekarat akan memicu gejala yang sedikit berbeda dengan ADL. Kondisi ini umumnya tidak disertai demam atau infeksi lain. AFL juga dapat memicu gejala berupa munculnya benjolan-benjolan kecil pada bagian tubuh tempat cacing-cacing sekarat terkumpul (misalnya pada sistem getah bening atau dalam skrotum).
Pada kasus filariasis limfatik kronis, limfedema atau penumpukan cairan menyebabkan pembengkakan pada kaki dan lengan. Penumpukan cairan dan infeksi-infeksi yang terjadi akibat lemahnya kekebalan tubuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan penebalan lapisan kulit. Kondisi ini disebut sebagai elefantiasis. Selain itu, penumpukan cairan bisa berdampak pada rongga perut, testis pada penderita laki-laki dan payudara pada penderita wanita.
Pencegahan Filariasis atau penyakit kaki gajah
Banyak hal yang perlu di lakukan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh parasit tersebut. Langkah utama untuk mencegah tertular filariasis adalah dengan menghindari gigitan nyamuk sebisa mungkin. Hal ini sangat penting, terutama di negara-negara tropis, seperti Indonesia. Untuk memaksimalisasi perlindungan terhadap gigitan nyamuk, kita dapat mengambil langkah-langkah sederhana yang meliputi:
Mengenakan baju dan celana panjang.
Mengoleskan losion antinyamuk.
Tidur dalam kelambu.
Membersihkan genangan air di sekitar rumah.
Penyebaran filariasis limfatik juga dapat dihentikan melalui prosedur kemoterapi preventif bagi orang-orang yang tinggal di lokasi terjadinya infeksi dan sekitarnya.
Sementara itu, Di Kota Depok, Pemerintah Kota telah menggalakkan imunisasi filariasis secara merata di semua wilayah. Ini merupakan upaya Pemerintah untuk meyakini penularan filariasis di masyarakat semakin menurun.
Melalui keseriusan inilah,
Keseriusan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok dalam meminimalisir penularan penyakit kaki gajah (filariasis), Kota Depok mendapatkan Sertifikat Eliminasi Filariasis dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) di Demak.
Walikota Depok, Mohammad Idris mengatakan bahwa penghargaan yang diberikan kepada 13 kota/kabupaten ini menjadi satu kebanggan bagi Kota Depok, karena menjadi satu-satunya wilayah di Jabodetabek yang mendapatkan penghargaan tersebut.
“Kami menerima penghaargaan ini berdasarkan hasil evaluasi penilaian penularan yang telah menunjukkan penurunan prevalensi filariasis, sehingga tidak memungkinkan adanya penularan kembali,” katanya beberapa waktu lalu.
Dikatakannya, malaria atau demam berdarah, jenis nyamuknya khusus. Tapi, untuk filariasis, nyamuknya bisa dari jenis apa saja dan menular. Ini bahayanya. Oleh karena itu, meskipun Kota Depok telah mendapatkan penghargaan, orang nomor satu di Kota Depok itu tetap mengimbau agar masyarakat sekaligus instansi terkait untuk tetap waspada.
“Pencegahannya cukup mudah, hanya dengan melakukan pemantauan potensi terjadinya penyakit ini di berbagai daerah. Saya juga mengimbau kepada OPD terkait, khususnya unit kerja, seperti Juru Pemantau Jentik (Jumantik) atau Puskesmas untuk tetap memantau kecenderungan terjadinya penyakit di berbagai wilayah, sehingga masyarakat bebas filariasis,” tandasnya.