DepokNews- Pengamat sosial budaya Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmwati menilai, berdasarkan banyak hasil studi menyatakan selebriti tidak merepresentasikan sebagai profesi yang paling banyak tersangkut narkoba.
Kalangan ini memang rentan terhadap bahaya narkoba namun tidak serta merta sebagai profesi yang teratas tersangkut narkoba. Dari banyak studi kata dia kalangan pekerjalah yang justru lebih rentan terhadap bahaya narkoba.
“Pada kasus ini mengapa artis menjadi perhatian? Karena lebih sering diekspose dibanding profesi lain. Dan ini bisa menjadi sirine nasional,” katanya.
Menurut analisanya ada kaitan antara ekonomi dengan kasus narkoba. Di kalangan pekerja, mereka dituntut untuk terus vit dengan perfoma yang baik. Disisi lain, siklus tubuh tidak bisa selama 24 jam selalu bisa memberikan performa terbaik. Dititik inilah biasanya mereka rentan menggunakan narkoba dengan tujuan sebagai pemicu stamina.
“Di era modern sekarang tiap orang berusaha untuk berkompetisi agar dapat pundi-pundi. Nah mereka ini butuh stamina yang oke. Ada beberapa narkoba yang memang bisa memberikan hal itu,” tukasnya.
Di sisi penjual, sambung dia, kalangan pekerja ini menjadi sasaran empuk. Mengapa? Karena mereka dianggap sebagai kalangan berduit yang bisa membeli barang dagangan pengedar.
“Tidak heran mengapa pengedar mengincarnya. Dengan uang yang mereka punya maka mereka berpotensi untuk melakukan repeat order pada pengedar,” paparnya.
Modusnya, pengedar ini biasanya mendekati konsumennya terlebih dahulu. Pengedar menjadikan calon korban sebagai teman yang bisa diajak diskusi. Dengan kata lain, korban diberikan kenyamanan dan keamanan. Ketika sudah klop, biasanya pengedar baru menjajakan barang dagangannya.
“Maka tingkat kewaspadaan harus diberlakukan. Mawas diri dan kontrol diri harus ditingkatkan,” tutupnya.(mia)
Facebook Comments Box