DepokNews- Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta mengatakan, untuk mengetahui motif pembunuhan tentu harus dilakukan pemeriksaan secara mendalam oleh pihak yang berwenang. Namun pada kasus anak-anak biasanya motifnya lebih sederhana daripada jika pelakunya orang dewasa.
“Sedikit sekali kasus yang dilatarbelakangi oleh motif ekonomi dilakukan oleh anak anak. Yang banyak terjadi adalah dendam atau sakit hati atas perlakuan korban terhadap pelaku,” katanya, Sabtu (26/5/2018).
Memang untuk saat ini belum bisa dikatakan menyerang harga diri tapi arahnya adalah adanya perasaan marah/agresi terhadap korban atas apa yang dilakukan korban. Biasanya pada anak motifnya sederhana seperti adanya perasaan marah/agresi karena kompetesi/persaingan, ingin dipandang ‘dewasa’, ingin melampiaskan hasrat seksual pada lawan jenis.
“Namun karena cara yang dilakukan salah maka sangat mungkin mendapat reaksi yang tidak menyenangkan dari korban dan semakin membuatnya emosi. Saat emosi itulah terdorong melakukan agresifitas hingga membunuh,” ungkapnya.
Mungkin pelaku sendiri tidak menyadari betul konsekuensi perilakunya bisa menimbulkan kematian. Dan saat korban meninggal maka pelaku mencari cara untuk menghilangkan jejak korban. “Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan ke karung ini,” jelasnya.
Banyak hal yang bisa menyebabkan. Misalnya, faktor ketidaktahuan akan konsekuensi tindakannya, faktor pendidikan dalam keluarga, faktor perhatian orang tua, paparan pada kekerasan yang semakin mudah diakses dan sebagainya. Kalau pemerintah upaya yang bisa dilakukan hanya pada institusi resmi seperti sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter yang baik pada anak anak sejak dini.
“Tapi faktor orangtua dan keluarga yang sebenarnya memegang peranan jauh lebih penting dripada pemerintah sendiri,” pungkasnya.(mia)