DepokNews–Guangzhou (11/10), Asia Pacific ICT Alliance (APICTA) adalah aliansi dari berbagai organisasi yang mengelola teknologi informasi dan komunikasi untuk membangun jaringan dan meningkatkan meningkatkan kerjasama serta inovasi teknologi. Aliansi mendorong pengembangan produk TIK untuk pasar global.
APICTA awards merupakan program penghargaan internasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran TIK dalam masyarakat dan membantu menjembatani kesenjangan digital. “Program ini dirancang sejak 2001untuk merangsang inovasi TIK, meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan, memfasilitasi transfer teknologi, dan menawarkan peluang bisnis yang cocok melalui modal ventura,” ujar Rudi Lumanto, Ketua Yayasan STT Terpadu Nurul Fikri dan pakar TIK yang menjadi narasumber global. Ajang yang berkaitan perkembangan TIK mutakhir tersebut digelar 9-13 Oktober 2018 di Guangzhou, China.
Mahasiswa STT-NF mengikuti ajang APICTA 2018 mewakili negara Indonesia, yaitu Muhammad Isfahani Ghiyath dan Dzaki Mahfuzh Hamadah. “Kami sangat bangga bisa mewakili Indonesia dalam kompetisi internasional. Kami ingin menunjukkan bahwa kaum muda Indonesia tak ketinggalan dalam penguasaan teknologi informasi disbanding negara lain yang secara ekonomi mungkin lebih maju,” kata Isfahani, mahasiswa STT NF angkatan 2015, yang pernah mendapat penghargaan APICTA 20 14 dengan karya aplikasi anti virus.
Dalam ajang APICTA 2018 kali ini, mahasiswa STT-NF meluncurkan karyanya berupa program WeBlocker, yaitu sebuah tools untuk mendeteksi konten pornografi dan melakukan pengawasan aktivitas browsing yang terjadi di komputer dan terintegrasi ke perangkat mobile. “WeBlocker ditujukan untuk memonitor laptop dan komputer milik anak agar dapat dipantau oleh orang tuanya,” jelas Dzaki, mahasiswa STT NF jurusan Teknik Informatika. Aplikasi ini diharapkan dapat mencegah penyalahgunaan internet.
Kegairahan remaja Indonesia dalam mengakses internet masih belum terdukung secara optimal dari segi keamanan. Marak ditemukan konten negatif, terutama terkait pornografi dan kekerasan. “Anak-anak dan remaja sekarang dapat mengakses internet tanpa batas, dengan harga murah atau gratis. Bila konten negative yang dominan, maka berdampak buruk pada kesehatan mental dan pikiran,” ungkap Sapto Waluyo, Dosen STT NF, yang menyambut gembira produk aplikasi mahasiswa
Dibandingkan dengan INSAN (Internet Sehat dan Aman) yang dimiliki Kementerian Kominfo, WeBlocker mempunyai teknologi dan algoritma lebih mumpuni, karena pendeteksian lebih mendalam dan detail dengan beberapa metode. Penerapan filtering seperti pendeteksian berdasarkan teks, nama situs atau domain name server, atau berdasarkan citra yaitu image processing dan video detection. Dengan program WeBlocker diharapkan Indonesia agar terhindar dari bahaya pornografi dan dapat memenangkan kompetisi di ajang APICTA 2018. []