Menu

Dark Mode
Ide Keren dan Kreatif, Bantuan Makan Sahur di Depok 20 Alasan Warga Nyaman Tinggal di Kota Depok Santika Hotel Depok Kenalkan Menu Malaysia Kota Depok Masuk Zona Rawan Narkoba Duh! Ada 3700 Perceraian Di Depok Selama 2016, Media Sosial Menjadi Penyebab Utama

Ragam

_Jejak Sejarah_ RESOLUSI PBB NOMOR 2504 TAHUN 1969

badge-check


					_Jejak Sejarah_ RESOLUSI PBB NOMOR 2504 TAHUN 1969 Perbesar

DepokNews–Tepat 19 November ini, 55 tahun yang lalu (1969-2024) ada peristiwa penting. Disahkannya Resolusi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) Nomor 2504, di Kantor Pusat PBB New York (Amerika Serikat).

Ada 126 negara hadir dan setuju resolusi itu. Ini menandai berakhirnya secara total Belanda meninggalkan Indonesia. Setelah Proklamasi (17/08/1945), masih selama 29 tahun Belanda bercokol disalah satu wilayah Indonesia, yaitu di Irian Barat (Papua).

Sebelumnya, walau Indonesia sudah Merdeka (1945), Belanda masih mengulur waktu. Tetap ingin bercokol. Ada saja ulahnya untuk menggagalkan Kemerdekaan Indonesia. Misalnya, membentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS, 1949), agresi militer di Yogyakarta (1948), peristiwa Westerling (1946), Bandung Lautan Api (1946), dan lainnya. Termasuk tetap ingin menjajah di Papua.

Tetapi warga Dunia melalui PBB mendukung Resolusi 2504 tersebut. Sehingga terpaksa atau tidak, Belanda harus keluar dari Papua Barat. Belanda rupanya mulai paham. Taktik adu domba (devide et impera) antar suku bangsa Indonesia tidak mempan lagi.

Apa upaya yang dilakukan Negara untuk melindungi dan menjaga kedaulatan Bangsanya? Khususnya di Papua Barat, yang baru ditinggalkan Belanda?

Tentu mendekatkan hubungan antar warga bangsa. Secara fisik. Dengan dekatnya sesama suku bangsa itu, tersemai benih solidaritas sosial. Sehingga semua warga negara merasa dekat, dan tumbuh rasa tanggung-jawab menjaga kedaulatan negaranya.

Diantara cara mendekatkan hubungan itu dengan Gerakan Nasional Transmigrasi. Karena terbukti. Gerakan Transmigrasi turut serta membangkitkan semangat membangun daerah dan merekatkan hubungan antar anak Bangsa.

Hal itu sesuai dengan arahan Bung Karno, saat Musyawarah Kerja Nasional Transmigrasi di Jakarta (28/12/1964). Bahwa Transmigrasi adalah Mati-Hidup Bangsa Indonesia. Program itu kemudian dilanjutkan Presiden Soeharto (periode 1967-1998).

Di Papua sebenarnya perpindahan penduduk bukan setelah Indonesia Merdeka saja. Jauh sebelum itu, 1905 sudah ada hadirnya warga non Papua di Merauke. Sehingga tampak menonjol perkembangan Papua Selatan. Termasuk adanya KTM/KPB Salor, calon Ibukota Provinsi Papua Selatan.

Jika kemudian ada dampak buruk pelaksanaan program pemerintah, diantaranya Transmigrasi, perlu kita benahi. Agar kesenjangan dapat diatasi. Agar kesetaraan, kesejahteraan, dan sinergitas antar anak Bangsa makin kuat terwujud di Bumi Papua.

KoDe, 19 November 2024
Hasprabu Patri

Facebook Comments Box

Read More

Khadimul Ummah Madani : Bencana Banjir & Longsor di Sumatera: Duka Mereka, adalah Panggilan Kebaikan Kita

5 December 2025 - 05:22 WIB

PKS Cilangkap Gelar Senam KSN dan Pemeriksaan Kesehatan di Pesona Laguna 2

4 December 2025 - 15:35 WIB

3 December 2025 - 09:57 WIB

Pelatihan Bekam Syar’i Resmi Ditutup, PKS Depok Harap Peningkatan Ketrampilan Kader 

3 December 2025 - 06:41 WIB

Kopdar Ke-5 LPQQ Indonesia DPD Kota Depok: “Perkuat Literasi, Kokohkan Kolaborasi, Percepatan Aksi

2 December 2025 - 18:31 WIB

Trending on Ragam