Depoknews–Di tengah hiruk pikuk modernisasi yang kerap menggerus jejak-jejak tradisi, sebuah upaya gigih tengah dilakukan di Depok, untuk menghidupkan kembali denyut nadi seni dan budaya Betawi pinggiran. Dinding-dinding sepanjang Rumah Budaya Depok, yang selama ini mungkin hanya menjadi latar belakang bisu, kini bertransformasi menjadi kanvas hidup yang sarat narasi. Melalui sapuan kuas dan warna-warni cerah, sebuah kegiatan mural diselenggarakan pada tanggal 5 hingga 7 November 2025, membuktikan bahwa seni visual punya kekuatan luar biasa untuk merevitalisasi ruang publik, merawat memori kolektif, dan memperkuat identitas budaya.
Kegiatan ini bukan sekadar aksi corat-coret di dinding. Ini adalah sebuah kolaborasi lintas disiplin dan lintas generasi yang melibatkan semangat para mahasiswa Universitas Gunadarma dari Program Studi Arsitektur dan Desain Interior, didukung penuh oleh komunitas mural lokal yang berpengalaman, serta para alumni yang turut memberikan kontribusi berharga. Bersama-sama, mereka bahu-membahu mengubah delapan dinding dengan total luasan 200 meter persegi menjadi galeri seni terbuka yang memamerkan kekayaan seni dan budaya Betawi pinggiran. Dari potret pasar tradisional Depok masa lalu, cita rasa kuliner otentik, hingga keseharian para pedagang dan riuhnya permainan anak-anak tempo dulu, setiap goresan kuas menceritakan sebuah kisah. Lebih dari itu, energi positif ini turut dirasakan masyarakat sekitar, yang turut serta memberikan sentuhan warna pada bagian dinding yang belum tersentuh mural, menciptakan rasa kepemilikan dan kebersamaan yang erat.
Persiapan dan Konsep Mural: Merangkai Narasi Budaya Betawi Pinggiran
Sebelum kuas pertama menyentuh dinding, serangkaian persiapan matang telah dilakukan untuk memastikan kegiatan mural di Rumah Budaya Depok ini bukan hanya sekadar estetika, tetapi juga memiliki kedalaman narasi dan resonansi budaya yang kuat. Inisiatif kolaborasi ini lahir dari kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya Betawi pinggiran yang semakin tergerus oleh perkembangan zaman.
Universitas Gunadarma, melalui tim dosen yang diketuai oleh Dr. Rehulina Apriyanti, ST., MT, dan didukung oleh Dr. Dra. Sri Riswanti, M.Sn, Dr. Armaini Akhirson, SE., MM., Agus Nugroho, ST., MT serta didukung oleh mahasiswa Program Studi Arsitektur dan Desain Interior, menjadi motor penggerak utama, menggandeng kekuatan kreatif dari Komunitas Mural lokal, serta dukungan moral dan teknis dari para alumni. Kegiatan ini adalah wujud pelaksanaan hibah pengabdian dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jendral Riset Dan Pengembangan, Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains Dan Teknologi (KEMDIKTISAINTEK) dalam skema Program Inovasi Seni Nusantara (PISN)
Proses kreatif dimulai dengan riset mendalam terhadap kekayaan seni dan budaya Betawi pinggiran yang spesifik di wilayah Depok. Tim tidak hanya mengandalkan referensi visual, tetapi juga menggali cerita, tradisi, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi tempo dulu. Dari diskusi intensif inilah lahir gagasan untuk menerjemahkan esensi budaya tersebut ke dalam 11 desain mural yang beragam, masing-masing dirancang untuk bercerita.
Setelah konsep visual dan tema dirumuskan, tahap selanjutnya adalah persiapan teknis. Pemilihan delapan dinding strategis di area Rumah Budaya Depok dilakukan dengan pertimbangan visibilitas dan potensi visual. Dengan total luasan mencapai 200meter2, para seniman mural memiliki ruang yang cukup luas untuk mengekspresikan ide-ide mereka. Persiapan material, mulai dari cat berkualitas tinggi yang tahan cuaca hingga alat-alat pendukung, juga menjadi prioritas utama untuk memastikan hasil mural yang optimal dan tahan lama. Kolaborasi antara arsitek, desainer, seniman mural, dan komunitas berjalan harmonis, memastikan setiap elemen desain terintegrasi dengan baik, baik dari segi estetika maupun makna budaya yang ingin disampaikan.
Peran Kunci yang Saling Melengkapi
Keberhasilan kegiatan Mural Rumah Budaya Depok ini tidak lepas dari peran masing-masing pihak. Tim PISN membawa perspektif baru dalam hal estetika visual, pemahaman ruang, dan kemampuan merancang konsep yang terstruktur. Komunitas Mural dan volunteer menjadi tulang punggung dalam hal keahlian teknis, pengalaman melukis di ruang publik, serta transfer pengetahuan yang berharga. Mereka memastikan kualitas artistik dan ketahanan mural terjaga. Sementara itu, dukungan dari masyarakat mewujudkan semangat kebersamaan dan menciptakan rasa memiliki yang mendalam terhadap Rumah Budaya Depok yang kini lebih berwarna. Kolaborasi ini membuktikan bahwa ketika berbagai elemen masyarakat bersatu dengan visi yang sama, mereka mampu menciptakan perubahan yang signifikan dan berkelanjutan.
Dampak dan Transformasi Ruang Publik ini bagi Rumah Budaya Depok yang Bersemi Kembali, Lebih dari sekadar mempercantik tampilan fisik, kegiatan mural di Rumah Budaya Depok ini telah memberikan dampak transformatif yang mendalam, merevitalisasi ruang publik dan membangkitkan kembali apresiasi terhadap warisan budaya Betawi pinggiran. Dinding-dinding yang tadinya polos dan mungkin terkesan sedikit terabaikan, kini telah berubah menjadi sebuah galeri seni terbuka yang dinamis dan penuh makna, menghadirkan kehidupan baru bagi Rumah Budaya Depok.







