Kenapa Anak Sekolah Semakin Banyak yang Mengalami Mata Minus?
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah anak sekolah yang mengalami mata minus (miopia) semakin meningkat. Fenomena ini terjadi bukan hanya di kota besar, tetapi juga di daerah, dan bahkan menjadi perhatian dunia medis karena jumlah penderitanya terus bertambah setiap tahun. Apa yang sebenarnya menyebabkan hal ini?
Baca juga : Kacamata Gratis Untuk Guru, Ini Keterangan & Formulirnya
1. Penggunaan Gadget Sejak Usia Dini
Salah satu faktor terbesar adalah meningkatnya penggunaan gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer. Anak-anak kini banyak menghabiskan waktu menatap layar dalam jarak dekat, baik untuk belajar maupun hiburan. Aktivitas ini menambah beban pada otot mata dan dapat memicu perkembangan miopia lebih cepat.
2. Durasi Belajar di Dalam Ruangan Bertambah
Saat ini kegiatan belajar anak lebih banyak dilakukan di dalam ruangan. Minimnya paparan cahaya alami ternyata memiliki dampak besar. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang jarang bermain di luar ruangan cenderung lebih mudah mengalami mata minus karena cahaya matahari membantu memperlambat pertumbuhan bola mata yang abnormal.
3. Kurang Istirahat untuk Mata
Anak sering belajar atau bermain gadget dalam waktu lama tanpa jeda. Padahal, mata membutuhkan istirahat agar otot akomodasi tidak terus menegang. Tanpa waktu relaksasi, mata berisiko mengalami kelelahan kronis yang memicu rabun jauh.
4. Faktor Genetik
Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki miopia, risiko anak mengalaminya juga meningkat. Namun, faktor genetik bukan satu-satunya penyebab, karena banyak anak dengan orang tua normal pun tetap mengalami mata minus akibat gaya hidup yang kurang tepat.
5. Beban Sekolah yang Tinggi
Sistem pendidikan modern menuntut anak membaca, menulis, dan memproses informasi dalam jumlah besar setiap hari. Tugas sekolah yang menumpuk membuat mata bekerja keras, terutama jika pencahayaan kurang baik atau jarak baca terlalu dekat.
6. Kebiasaan Posisi Membaca yang Salah
Selain durasi, posisi belajar juga berperan. Banyak anak membaca sambil tiduran, menonton video terlalu dekat, atau mencatat dengan cahaya yang redup sehingga memaksa mata bekerja lebih berat.Beberapa kebiasaan sederhana dapat membantu mencegah atau memperlambat perkembangannya:
-
Terapkan aturan 20-20-20 (setiap 20 menit menatap dekat, istirahat 20 detik melihat objek 20 kaki/6 meter).
-
Ajak anak bermain di luar minimal 1–2 jam per hari.
-
Batasi penggunaan gadget terutama untuk anak usia dini.
-
Pastikan pencahayaan belajar cukup terang.
-
Periksakan mata secara rutin setidaknya setahun sekali.
Kiprah Optik Sejahtera dalam bidang sosial klik dan secrol di sini







