Agoeng Hardianto Wibowo, Sukses Kelola Exzellenz Institut

Dari 2 Siswa, Kini 400 Siswa Diberangkatkan ke Luar Negeri

DepokNews–Sepuluh tahun kuliah dan bekerja di Jerman, menginspirasi Dipl.-Ing. Agoeng Hardianto Wibowo MSc.ME untuk mendirikan Exzellenz Institut, sebuah lembaga independen yang menyiapkan siswa-siswa Indonesia yang ingin membangun competitive advantage untuk masa depannya dengan kuliah ke luar negeri, berinteraksi dengan berbagai peradaban dunia. Dimasa awal berdiri, pernah setahun berpromosi dan mendatangi 20 SMA,  Agoeng hanya mendapatkan 2 siswa yang ingin kuliah ke luar negeri. Namun kini ada 400 siswa yang dibina Exzellenz Institut yang sedang kuliah di berbagai negara.

Suasana mancanegara, semangat internationalism, dan spirit worldclass sudah langsung terpancar ketika masuk ke ruang tamu Exzellenz Institut di Kawasan Pesona Kahyangan, Depok. Gambar pintu gerbang Brandenburger Tor Jerman ukuran raksasa menghiasi dinding ruang tamu.

Bendera sejumlah negara, seperti Jerman, Perancis, Turki dan Jepang juga berdiri tegak di ruang tamu. Satu lemari kaca berisi souvenir dari berbagai negara melengkapi nuansa internasional kantor tersebut.

Gambar gedung-gedung pencakar langit menghiasi dinding ruang kerja Dipl.-Ing Agoeng Hardianto Wibowo, MSc.ME. Rabu itu Agoeng mengenakan kemeja batik lengan panjang warna biru dipadu dengan celana panjang hitam.

“Selama sepuluh tahun kuliah dan bekerja di Jerman, saya merasa beruntung bisa berada di sana. Saya banyak belajar dari kehidupan dan peradaban antar bangsa yang saya dapat melalui interaksi dengan mahasiswa lain dari berbagai belahan dunia. Fasilitas pendidikan dan kesempatan praktikum di Industri di sana sangat bagus. Biaya kuliah sangat murah. Dari pengalaman dan pembelajaran tersebut, saya bersemangat, saya harus bisa mengirimkan pemuda-pemuda Indonesia untuk kuliah ke luar negeri. Agar pemuda Indonesia siap menghadapi persaingan global, dan juga era Bonus demografi yang menyapa Indonesia,”  ujar Dipl.-Ing. Agoeng Hardianto Wibowo MSc ketika dijumpai di kantor Exzellenz Institut di bilangan Pesona Kahyangan, Depok, Rabu (28/4).

Agoeng menambahkan, balajar dari kesuksesan pembangunan di Jepang, yang tidak lepas dari keberhasilan mereka memanfaatkan bonus demografi yang mereka dapatkan, ditahun 1950 an hancur lebur akibat perang dunia kedua, kemudian pemerintah Jepang mengirim pemuda-pemuda untuk belajar ke luar negeri. Sehingga di Jepang kemudian banyak pemuda-pemuda pintar para SDM unggul. Hasilnya, ditahun 1960 an Jepang sudah berhasil menciptakan kereta tercepat Shinkansen di dunia. Bahkan di tahun 1970 an Jepang sudah mulai masuk dalam jajaran negara modern, negara maju yang kuat.

“Indonesia saat ini sedang mengalami bonus demografi. Usia kerja paling banyak jumlahnya. Sayang, bangsa kita masih kurang menyadari dan kurang melakukan persiapan pada pemuda-pemuda kita. Upaya pemerintah mengirim banyak pemuda belajar ke luar negeri sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas SDM, demikian juga para orang tua yang berpikiran maju, secara mandiri yang ingin memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk bersaing di tataran global, perlu mendapat dukungan. Agar nanti generasi kita siap menghadapi persaingan global. Indonesia memerlukan banyak SDM unggul dengan competitive advantage yang tinggi,”ujar Agoeng.

Tahun 2011, bersama Dipl.-Ing. Syahril M Nurdin, sahabat sejak kuliah di Jerman, Agoeng mendirikan Exzellenz Institut. Selama setahun ia berpromosi dan mendatangi 20 SMA. Namun hasilnya, hanya 2 pemuda yang datang ke Exzellenz Institut untuk kuliah ke luar negeri.

“Disinilah kesabaran dan keuletan saya diuji,”ujar pengusaha yang juga tenaga ahli DPR RI itu. Tapi kini ada 400 siswa binaan Exzellenz Institut tengah kuliah di Jerman, Perancis dan Turki.

Menurut sarjana teknik mesin lulusan dari Jerman itu, tantangan yang ia hadapi adalah orangtua yang kurang menyadari tantangan yang akan dihadapi anaknya dimasa mendatang. Padahal tantangannya sangat luar biasa, perubahan struktur sosial dan perkembangan teknologi dengan gelombang globalisasi menghadirkan model kompetisi yang sangat berbeda saat ini dan di masa mendatang.

“Ibaratnya, orangtua tidak menyadari, jika diatas ring sudah ada  Mike Tyson. Lalu masuklah pemuda Indonesia yang berbeda kelas, beda kemampuan namun mesti bertanding melawannya. Seperti itulah persaingan global. Dengan persaingan yang semakin berat sebelah tersebut, bagaimana pemuda Indonesia akan menang ?”ujar Agoeng.

Menurut Agoeng, dengan menguliahkan anak ke luar negeri, sang anak jadi bergaul secara internasional. Sehingga anak akan menyadari tantangan global yang akan ia hadapi, dan tidak lagi gagap dengan pergaulan dunia, di pundak merekalah tanggung jawab untuk mengawal Indonesia mencapai zaman keemasannya, kita perlu berkolaborasi untuk mempersiapkannya

Tantangan lain yang dihadapi Agoeng, orangtua meragukan kemampuan bahasa anaknya jika kuliah ke luar negeri.

“Exzellenz Institut mengadakan kursus bahasa negara tujuan selama enam bulan secara intensif hingga level B2. Sehingga siswa tidak akan kesulitan bahasa untuk mengikuti kuliah di luar negeri.”tutur lelaki bertubuh gempal itu.

Adapula orangtua yang khawatir anaknya berada jauh di negeri orang. Padahal saat ini, bisa melakukan video call setiap saat.

Orangtua juga khawatir dengan budaya pergaulan bebas di mancanegara.

“Exzellenz Institut memberikan bimbingan mental sebelum siswa  berangkat keluar negeri. Di negara tujuan, Exzellenz  Institut juga mengadakan pengajian dan pengkajian rutin serta ada pembinanya yang akan mendampingi. Kami akan saling mengingatkan,”ujar Agoeng. 

Jumlah bukanlah satu-satunya yang dikejar dalam persiapan exzellenz,   karena siswa yang berangkat harus sdh siap secara mental, pribadi mereka mesti kuat. “Kami tidak segan-segan menunda keberangkatan seorang siswa, jika dia masih belum menunjukkan sikap, disiplin dan attitude yang baik dan kondusif untuk sukses studi di sana. Jadi jumlah tidak terlalu penting dibanding kualitas siswa kami”.

Adapula orang tua yang takut biaya mahal bila menguliahkan anaknya ke luar negeri. Padahal biaya kuliah di Jerman cukup murah Rp 3-5 juta per semester. Dengan biaya ini di beberapa negara bagian, mahasiswa bahkan bisa bebas menggunakan kartu mahasiswanya untuk naik transportasi umum.

Pelayanan yang diberikan oleh Exzellenz Institut bukan hanya mempersiapkan menjelang keberangkatan. Tapi juga ada pembinaan selama siswa kuliah di luar negeri. Juga dibimbing untuk mencari kerja atau melanjutkan kuliah berikutnya.

“Kami melakukan pembinaan bukan sekedar sampai memberangkat siswa ke luar negeri. Tapi ketika siswa berada di luar negeri pun, kami bina di sana, tim kami yang ada di sana terus mendampingi dan membina, jadi orang tua tidak perlu khawatir, yang kami perlukan adalah kerjasama yang baik”, ujar Agoeng.

Saat ini ada 400 siswa binaan Exzellenz Institut berada di Jerman, Perancis dan Turki. Exzellenz Institut akan membinanya, hingga para siswa itu melanjutkan kuliah berikutnya atau bekerja di negara tujuan.

“Jika mereka akan pulang ke Indonesia, kami juga berikan pembinaan dan program persiapan re-entry ke tanah air termasuk tentang situasi kerja di Indonesia, serta peluang entrepreneurship, building a business, silahkan datang ke Exzellenz Institut”tutur Agoeng. 

Menjelaskan lebih lanjut Agoeng sebagai President Exzellenz Group menuturkan, bidang kerja Exzellenz Institut pun semakin berkembang dalam pembangunan SDM Indonesia, baik untuk pelajar, pengajar, management sekolah dan juga para pengusaha. “Saat ini selain persiapan studi, sudah ada pusat bahasa, pusat training, konsultasi dan pendampingan sekolah, dan juga edutravel”. 

Sukses terus Exzellenz Institut membangun generasi bangsa.

Budi Gunawan