Dari debat pilkada Depok kemarin, ahad 22 November 2020, ada hal kecil yang mungkin tidak menjadi perhatian publik, namun menjadi catatan yang penting. Yaitu soal panelis.
Ketika moderator debat, Anisha Dasuki mengumumkan nama Dra. Reni Chandriachsja Suwarso, MPP, PHD. sebagai panelis, saya teringat dengan jejak digitalnya.
Bukankah panelis debat pilkada dituntut untuk netral? Harusnya begitu. Tetapi dukungan Reni, dosen Fisip UI kepada salah satu paslon pernah terekam pada web koranpagionline.com.
Di artikel berjudul “Dosen UI. Reni Suwarso : Afifah, Sosok Pendobrak Tradisi Politik di Depok” yang tayang pada 22 Oktober 2020, Reni menyanjung-nyanjung Afifah.
Jelas, sosok Reni bisa memancing tanda tanya kecurigaan dalam kontes yang harusnya adil ini.
Sikap partisannya juga terlihat dalam dukungannya kepada Djarot Saiful Hidayat di pilkada Sumatera Utara tahun 2018 lalu yang direkam oleh tribunnews pada link berikut:
https://medan.tribunnews.com/2018/05/12/ini-empat-kelebihan-djarot-menurut-pakar-fisip-ui
Menandakan bahwa ia memang cenderung kepada calon-calon yang diusung oleh salah satu partai.
Nah, dengan jejak kecenderungan pada salah satu paslon, apakah yang bersangkutan bisa netral ketika merancang pertanyaan untuk debat? Saya meragukan.
Semoga menjadi catatan KPUD kedepannya. Untuk memastikan penyelenggaraan kontestasi demokrasi yang adil dan tidak diwarnai prasangka, mustinya KPUD mencari panelis debat yang netral dan tak memperlihatkan kecenderungan kepada salah satu calon.