Edukasi Kader Desa Rawapanjang, Kab Bogor untuk Meningkatkan Pengetahuan Pengelolaan Posyandu

Penulis :: Lestari Octavia

DepokNews–Dalam pelaksaan kegiatan monitoring kesehatan di lingkup warga, Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) yang dimotori kader menjadi ujung tombak. Peran kader dalam monitoring
kesehatan warga dalam satu wilayah yang didiami sama dengan warga melahirkan kerjasama
simbiosis mutualisme untuk memantau dan menjaga kesehatan warga. Kader posyandu adalah
kelompok masyarakat yang bersedia, mampu, dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan
kegiatan posyandu secara sukarela.

Desa Rawapanjang di Kabupaten Bogor memiliki dua belas (12) posyandu di bawah binaan
Puskesmas Bojonggede sebagai pengelola kegiatan kesehatan masyarakat yang memberikan
layanan untuk balita, ibu hamil dan ibu usia produktif, dengan 25 kepala posyandu dan keanggotaan mencapai lebih dari 200 orang.

Foto kegiatan edukasi untuk kader desa Rawapanjang bersama dosen Universitas Gunadarma
untuk Pengabdian kepada Masyarakat mengenai peningkatan pengetahuan kader dengan
materi anthropometri. (Caption foto)

Antropometri adalah studi tentang pengukuran dimensi tubuh manusia. Hal ini sangat penting
dalam kesehatan masyarakat untuk memantau status gizi dan pertumbuhan pada kelompok
rentan seperti balita. Parameter yang sering digunakan adalah tinggi badan, berat badan, jenis
kelamin dan usia untuk menghitung dan menentukan status gizi balita. Pengukuran data antropometri yang dikumpulkan harus akurat agar dapat digunakan untuk mengevaluasi status gizi dan pertumbuhan dengan tepat. Oleh karena itu, sangat penting bagi kader posyandu untuk terampil dalam mengambil dan mencatat pengukuran tinggi badan dan berat badan.Kelalaian dalam pengukuran dapat menyebabkan kesalahan dalam diagnosis dan intervensi yang
diberikan.

Untuk meningkatkan keakuratan pengukuran antropometri di posyandu, diperlukan pelatihan rutin bagi kader. Pelatihan ini dapat mencakup standar prosedur pengukuran, teknik pengukuran yang benar, dan interpretasi hasil pengukuran. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, kader posyandu dapat memastikan bahwa data antropometri yang
dikumpulkan dapat diandalkan untuk mendeteksi masalah gizi pada balita sedini mungkin. Berdasarkan pentingya kebutuhan penyegaran materi anthropometri, pihak Universitas Gunadarma dari bidang ilmu kesehatan berkontribusi untuk peningkatan pengetahuan kader
dengan melakukan penyuluhan di kantor desa Rawapanjang. Pada tanggal 15 Juni lalu diadakan pertemuan di kantor desa Rawapanjang, dan kesempatan tersebut digunakan tim abdimas Universitas Gunadarma yang dihadiri oleh Lestari Octavia, Sri Hayuningsih,
Fitrianingsih dan Dody Pernadi dan disupervisi pihak LPPM Universitas Gunadarma.

Selain itu, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang tepat
adalah dengan menyediakan alat pengukur tinggi badan, berat badan dan pita plastik yang
akurat, valid, dan terstandarisasi serta mudah digunakan di posyandu. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas data yang dikumpulkan dan memudahkan kader dalam melakukan pengukuran .Oleh karena itu, pemberian pelatihan rutin dan penyediaan alat pengukuran yang
memadai merupakan strategi penting untuk meningkatkan kapasitas kader posyandu dalam melakukan deteksi dini masalah gizi pada balita. Selain pelatihan rutin, kader posyandu juga
perlu didukung dengan penyediaan alat pengukur yang akurat dan mudah digunakan.

Idealnya pelatihan anthropometri meliputi: teknik pengukuran tinggi badan dan berat badan yang benar, interpretasi hasil pengukuran dan penentuan status gizi, dan pencatatan dan dokumentasi data yang akurat. Materi yang diberikan secara rutin dan berkelanjutan akan
membantu kader dalam pengelolaan kegiatan rutin posyandu. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, kader posyandu dapat memainkan peran penting dalam deteksi dini masalah gizi pada balita. Hal ini dapat berkontribusi pada upaya pemerintah untuk
mengurangi prevalensi stunting dan memastikan pertumbuhan anak yang optimal.