DepokNews–Inovasi teknologi blockchain mulai menyentuh sektor pertanian tradisional, bertempat di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Desa Wanasari, Brebes, acara Focus Group Discussion (FGD) digelar untuk menguji dan menyempurnakan prototipe sistem blockchain yang dirancang khusus untuk rantai pasok agroindustri, dengan fokus awal pada komoditas unggulan bawang merah di Brebes tanggal30 Oktober 2025
Kegiatan ini melibatkan tim lintas disiplin ilmu yang komprehensif. Tim Pakar Universitas Gunadarma dipimpin oleh Dr. rer. nat. Avinanta Tarigan, dengan dukungan anggota yang memegang peran krusial dalam analisis kelayakan: Dr. Ilmiyati Sari (Aspek Teknis), Dr. Lely Prananingrum (Aspek Pemasaran), Dr. Imam Subaweh (Aspek Keuangan), dan Andika Demas Riyandi, ST, SH (Aspek Hukum/Legalitas). Sementara itu, tim peneliti pengembang dari IPB University diketuai oleh Irman Hermadi, Ph.D, yang didukung oleh Prof. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng dan Hendri Wijaya,S.T.P.,M.Si.
Dalam pemaparannya, tim peneliti memperkenalkan prototipe sistem yang telah dikembangkan. Sistem ini dirancang untuk mencatat setiap tahap dalam rantai pasok mulai dari penanaman, panen, distribusi, hingga ke tangan konsumen secara digital, terdesentralisasi, dan tidak dapat diubah. Harapannya, teknologi ini mampu menjawab persoalan klasik seperti lack of traceability (ketidaklengkapan jejak produk), ketidakpastian kualitas, serta ketimpangan informasi yang sering merugikan petani.
“Melalui blockchain, setiap transaksi dan perpindahan barang tercatat transparan. Konsumen bisa tahu asal-usul bawang merah yang mereka beli, sementara petani memiliki bukti digital yang kuat tentang produk mereka,” jelas salah seorang peneliti dalam sesi presentasi.
Setelah pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan partisipasi aktif kelompok tani dalam pengisian kuesioner dan wawancara mendalam oleh tim peneliti dan pakar dengan berbagai aktor rantai pasok. Dialog ini mengungkap perspektif berharga, harapan, serta kekhawatiran nyata dari calon pengguna utama sistem, terutama mengenai kemudahan akses, manfaat ekonomis, dan kesiapan infrastruktur pendukung.
“Kami sangat terbuka dengan teknologi baru yang bisa membantu. Yang penting, sistemnya harus mudah digunakan di lapangan dan benar-benar memberi nilai tambah bagi kami,” ujar perwakilan Kelompok Tani Wanasari.
Sebagai tindak lanjut, rencananya akan diadakan FGD tahap kedua untuk membahas hasil evaluasi dan pengembangan sistem yang lebih matang. Kolaborasi erat antara akademisi, penyuluh, dan petani ini diharapkan tidak hanya berhenti pada riset, tetapi dapat mewujudkan pilot project yang nyata.
Inisiatif ini sejalan dengan upaya membangun ketahanan dan daya saing sektor pertanian Indonesia di era digital. Dengan memanfaatkan blockchain, rantai pasok agroindustri berpotensi menjadi lebih transparan, efisien, adil, dan berkelanjutan, yang pada ujungnya akan menguntungkan seluruh mata rantai dari petani di Brebes hingga konsumen di seluruh Indonesia.
Dilanjutkan di Bogor, 25 November 2025 Guna memastikan solusi teknologi benar-benar menyentuh akar permasalahan, Tim Peneliti BRAIN IPB University menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan para pakar. Kegiatan bertajuk “Prototipe Rantai Pasok Blockchain untuk Agroindustri” ini digelar di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, dan menjadi langkah kritis dalam menyelaraskan arah riset dengan realitas kebutuhan industri dan dinamika teknologi terkini.
FGD ini tidak sekadar forum presentasi, tetapi dirancang sebagai ruang diskusi intensif untuk menguji validitas, relevansi, dan aplikabilitas prototipe sistem blockchain yang sedang dikembangkan. Tujuannya jelas: memastikan bahwa teknologi ini tidak hanya canggih di atas kertas, tetapi mampu menjawab tantangan nyata di lapangan, mulai dari lack of transparency (kurangnya transparansi data), inefisiensi distribusi, hingga membangun kepercayaan antar pelaku usaha dalam rantai pasok agroindustri.
“Kami ingin memastikan solusi ini applicable dan memberikan dampak nyata. Inovasi teknologi harus lahir dari pemahaman mendalam terhadap kompleksitas masalah,” ujar perwakilan tim peneliti BRAIN IPB University.
Melalui dialog mendalam dengan tim pakar dan berbagai narasumber kunci, FGD ini berhasil menghimpun beragam perspektif kritis dan masukan konstruktif. Diskusi difokuskan pada penajaman konsep, identifikasi potensi kendala implementasi, serta penyelarasan fitur teknologi dengan kebutuhan spesifik sektor agroindustri Indonesia, seperti komoditas hortikultura, perkebunan, dan perikanan. Kegiatan ini menandai komitmen kuat BRAIN IPB University dalam mendorong transformasi digital sektor pertanian dan agroindustri nasional.








