Depok-Aksi penghinaan Nabi Muhammad yang dilakukan Samuel Paty (47) seorang guru di Prancis menjadi penyebab terjadinya pembunuhan. Parahnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron justru membela penghinaan Nabi Muhammad SAW. Sontak saja, aksi tersebut memicu kemarahan umat Islam di dunia yang berujung pada aksi boikot produk Prancis. Direktur Eksekutif Institut Hasyim Muzadi KH. Yusron Ash-Shidqi menurutnya tidak bisa membenarkan aksi tersebut. Hal serupa sebelumnya Presiden RI Joko Widodo juga melakukan kecaman pada Prancis. “Kita protes dan tidak setuju adanya aksi tersebut.cuma, perlu diingat ini adalah sinyal bagi umat Islam. Jangan sampai umat Islam terpecah belah atau diadu domba,”paparnya seusai acara Webinar Revitalisasi Menuju Pengabdian Abad kedua seri ke-11 “Hak Asasi, Toleransi dan Penghinaan terhadap Nabi”. Pesantren Al-Hikam, Kukusan, Beji.
Dirinya mengaku bisa memaklumi adanya sikap protes dengan cara demo ke Kedutaan Prancis. Hanya saja, dirinya mengingatkan tidak semua orang harus sama untuk ikut demo semua. Menurutnya, setiap orang mempunyai cara dalam mengekspresikan diri rasa kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Ia mengungkapkan, banyak ditemukan kebencian kepada pelaku sebagai bentuk balasan. “Banyak di laman-laman ditemukan kebencian kepada pelaku. Alangkah indahnya, kita penuhi laman-laman itu dengan pujian-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Seperti para akademisi memperbanyak jurnal tentang pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Jangan sampai, mereka yang turun demo menyalahkan yang menulis pujian tentang Nabi. Akademisi ya salah satu tugasnya menulis karya ilmiah,”paparnya.
Yusron mengungkapkan, jangan sampai terjadi pertentangan di antara umat Islam. Padahal, lanjutnya, upaya penghinaan atau tersebut adalah sebuah “sinyal”. Menurutnya, mengutip dari QS. Ali Imran:118 yang salah satu potongan ayatnya menyebutkan bahwa kebencian yang tersembunyi itu lebih besar. “Ini kan ada penghinaan kepada Nabi Muhammad SAW yang datangnya dari eksternal. Seharusnya kita semakin kuat, bersatu dan menghadapinya secara bersama-sama,”terangnya.
Gus Yusron biasa disapa mengungkapkan, momen saat ini adalah bagaimana umat Islam menata diri. Yaitu: bagaimana meningkatkan kualitas diri dan dengan cara elegan dalam menyikapinya. “Dulu sahabat Nabi ketika Nabi Muhammad SAW dicaci, mendiamkam saja. Ada sahabat yang menyampaikan jawaban atas cacian tersebut, artinya Nabi menggunakan cara diplomasi. Kondisi saat ini adalah panggungnya Nabi, saatnya kita isi dengan pujian atau kebaikan beliau. Kita balik, kondisi ini bisa menguntungkan umat Islam. Kalau kita dihina, didiamkan atau disikapi cara elegan maka mereka tidak akan melakukan hal serupa atau bisa jadi dengan cara lain,”paparnya.
Webinar Revitalisasi Menuju Pengabdian Abad kedua seri ke-11 “Hak Asasi, Toleransi dan Penghinaan terhadap Nabi” narasumber: Wamenlu (2014-2019) H. Abdurrahman Mohammad Fachir, Pengamat Timur Tengah Dr. M. Lutfi Zuhdi, Pengasuh PP. Fadhlul Fadlan KH. Dr. Fadlolan Musyaffa moderator: pengasuh PP. Mahasiswa Ashfa Yogjakarta Dr. Shofiyullah Muzammil,