Depoknews.id – Ketua Tim Pemenangan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Depok untuk ajang pemilihan walikota Depok 2021-2026 Yusuf T Syahputra mengatakan bahwa PKS ingin mengedepankan politik gagasan bukan semata politik pencitraan.
“Kami hadirkan di dialog publik ini lima calon walikota Depok dari PKS yang benar-benar cerdas, menguasai masalah dan berkualitas. Jadi masyarakat bisa melihat gagasan mereka bukan hanya pencitraan. inilah tren politik gagasan yang ditawarkan PKS”, kata Yusuf Syahputra di Hotel Bumi Wiyata Sabtu, 5 Oktober 2019.
Yusuf juga berharap munculnya pemimpin yang mendengarkan aspirasi rakyat melalui dialog publik sekaligus menjadi tren pendidikan politik bagi masyarakat.
Kontestasi ini juga diapresiasi oleh pengamat politik dari Universitas Indonesia Panji Anugrah Permadi yang mengatakan bahwa seperti inilah seharusnya partai politik dalam menawarkan calon pemimpinnya kepada masyarakat. Apalagi PKS sudah selama tiga periode memimpin Kota Depok.
“Kota Depok lekat dengan PKS. Kota Depok adalah etalase bagi kepemimpinan PKS di level nasional bahkan dunia”, kata Panji Anugrah Permadi, peneliti di Departemen Politik FISIP UI.
Berikut bakal calon walikota Depok yang diajukan PKS beserta visi dan misinya.
- H. Mohamad Hafid Nasir Dipl.Ing
Mengenakan kemeja biru muda dan jas hitam, Hafid Nasir menyampaikan visinya yakni terwujudnya Kota Depok yang unggul, nyaman, agamis, cerdas dan berbudaya.
“Selanjutnya ada enam misi yang saya akan usung diantaranya meningkatkan kualitas layanan publik, pengembangan SDM, ekonomi mandiri, infrastruktur ruang publik, kesadaran masyarakat menjaga kerukunan dan melestarikan asli budaya Depok melalui kampung-kampung budaya”, kata Hafid.
Ketua DPD Kota Depok ini juga mengungkapkan penerapan aplikasi mobile Depok Single Windows (DSW) dan aplikasi Sigap. “Saya ingin persoalan layanan kesehatan seperti ketidakakuratan ketersediaan tempat tidur kosong di setiap Rumah Sakit negeri dan swasta bisa diketahui secara on line”, tambah Hafid.
Anggota Dewan dari PKS ini juga menyadari bahwa Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Rp3,4 Triliun tidak bisa menyelesaikan masalah infrastruktur kota Depok.
“Kita perlu membangun komunikasi dengan pemerintah pusat dan provinsi. Komunikasi juga dengan pemprov DKI untuk menggulirkan sebagian dana APBD DKI Jakarta ke kota Depok”, ujar Hafid.
Pria lulusan Institut Teknik Terbaik di Jerman itu juga berjanji menjembatani perluasan jalan raya Sawangan yang merupakan jalan nasional termasuk percepatan pembangunan jalan tol Depok Antasari Cijago dan Cinere. Hafid juga menekankan mendorong kemajuan pelaku industri kreatif (fashion, kerajinan, informasi teknologi) dan UMKM.
Sebelum berkarir di politik, Hafid Nasir adalah seorang insinyur yang berkarir di PT Dirgantara Indonesia, Manajer Proyek di PT Siemens dan manajer di PT Nokia Siemens.
2. H. Ir. Imam Budi Hartono
Berbaju putih, bercelana jeans dan jas berwarna biru tua Imam Budi Hartono (IBH) mengawali paparannya dengan mengajak hadirin bernyanyi lagu “Manusia Kuat” besutan penyanyi kondang Tulus yang telah diubah syairnya.
Bersama dua anak milenial, IBH percaya diri menyanyikan lagu gubahannya di depan para hadirin.
Depok Maju Berbudaya (Manusia Kuat : Tulus)
Kaum muda dekat pada warga
Siap memberikan bukti nyata
Kau muda dekat dengan kita
Bukan hanya pencitraan saja
Bahagia semua warganya
kota Depok pemimpin muda
Bekerja sekuat tenaga
Untuk Depok maju berbudaya
Manusia-manusia kuat itu kita
jiwa jiwa yang kuat itu kita
Depok Maju juara cita kita
Depok berbudaya visi kita
Usai bernyanyi, IBH menguraikan maksud kata Maju dan Berbudaya yang menjadi visinya. “Maju dalam arti kita akan mengoptimalkan penggunaan teknologi terkini untuk membangun Kota Depok. Kita ingin masyarakat bisa menggunakan aplikasi digital untuk mengantri di puskesmas, perijinan pelayanan dan tata kota”, kata Imam berapi-api.
Imam juga melanjutkan bahwa hal itu bisa terwujud jika pemerintah akomodatif dan membuka partisipasi semua pihak secara luas untuk memajukan kota Depok.
“Pembangunan jangan hanya mengandalkan APBD Kota saja. Kita harus bisa mengoptimalkan dana CSR, Zakat dan lain-lain. Kita harus mampu juga merangkul stake holder di provinsi Jawa Barat. Kok Kota Depok hanya dapat Rp21,5 milyar sementara Ciamis saja bisa dapat Rp500 milyar dari APBD Jawa Barat. Ini khan bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi dengan baik”, ungkap Imam.
Mantan ketua DPD Partai Keadilan tahun 1999 – 2001 itu lalu menambahkan bahwa pemerintah Kota Depok juga harus bisa mengakses APBD Jakarta dan APBN.
“APBD itu harus pro Rakyat. Kita semua menyesalkan adanya silpa Rp700 milyar atau sekitar 23 persen dari APBD Kota Depok. Dana tidak terserap karena banyak menyangkut di Dinas. Jika begitu lebih baik kita akan memperbesar anggaran di kelurahan. Harapannya anggaran itu dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan di akar rumput dapat selesai di tingkat kelurahan,” ungkap Imam Budi Hartono.
Pria lulusan jurusan Teknik Gas Petrokimia Universitas Indonesia itu juga menawarkan program Smiling Depok. Yaitu program bantuan bagi warga Depok yang kurang mampu dalam bentuk beras dan telur serta pemukiman. “Kita ingin semua warga Depok bisa tersenyum, insyaAllah untuk mewujudkannya kita bisa pakai dana pusat dengan menyeraskan programnya dengan program pusat”, tambahnya.
Sebagai penutup IBH menawarkan Visi Depok Kota Berbudaya dengan cara meningkatan mutu SDM-nya. “Kami ingin warga Kota Depok berbudaya, mampu berbudaya antre, memilah sampah, patuh pada aturan lalu lintas sehingga terwujud budaya yang modern di kota Depok”, ujar anggota legislatif dari PKS di Provinsi Jawa Barat itu.
Imam secara singkat juga menyinggung masalah kemacetan, pemukiman, kesejahteraan pemuda, kesehatan, lingkungan hidup, dan ruang terbuka hijau, keamanan dan budaya lokal.
3. Hj. T Farida Rachmayanti
Berjas dan jilbab abu-abu, Farida Rachmayanti satu-satunya wanita dalam kontestasi bakal calon walikota Depok itu dengan penuh percaya diri menyampaikan visinya.
“Saya ingin Kota Depok dalam lima tahun ke depan menjadi kota yang ramah keluarga cerdas dan sejahtera”, kata Farida.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu juga menyampaikan misinya diantaranya mengokohkan ketahanan keluarga dengan meningkatkan sistem pembangunan dan layanan publik yang ramah keluarga, mengefektifkan kota cerdas yang berorientasi pada pengelolaan pemerintahan dan partisipasi masyarakat yang pro pada isu lingkungan. Ia juga menyatakan ingin meningkatkan dan mengoptimalkan sistem pendidikan, kesejahteraan dan mengembangkan potensi ekonomi dan keuangan daerah.
“Pembangunan SDM harus menjadi titik tolak utama. RPJMD 2011-2016 pemkot Depok telah memasukan penyelenggaraan Kota Layak Anak. Pada RPJMD 2016-2021 Pemkot Kota Depok memasukan isu Kota Ramah Keluarga. Saya akan fokus di sana”, tegas Farida yang bisa disapa Bu Opi.
Mantan dosen di kampus SHEBI itu juga menyinggung rencananya menjadikan Depok sebagai Kota cerdas dengan bantuan teknologi IT sekaligus menghadirkan kesejahteraan yang lebih baik.
Saat ini Farida menjadi anggota legislatif di Kota Depok untuk yang ketiga kalinya (2009-2014 : 2014-2019 ; 2019-2024)
4. H. Drs Amri Yusra M.Si
Berkaos ungu dan berjas hitam, Amri Yusra menyampaikan visinya menjadikan kota Depok menjadi Kota yang SMART.
“SMART yang saya maksud adalah warga Depok menjadi Sehat, Moderen, Agamis Ramah dan tenteram”, ungkap pria penuh senyum yang telah dan masih menjabat sebagai Ketua KONI Kota Depok lebih dari dua periode itu.
Dosen di Departemen Politik UI sejak tahun 1995 itu lalu menguraikan tentang apa yang dimaksud sehat itu
“Saya ingin di setiap kelurahan ada puskesmas dan masyarakat bisa rawat inap. saya juga ingin warga dimudahkan untuk dapat memanfaatkan tempat-tempat kebugaran, taman olahraga, gym memberikan diskon sehingga harganya jadi murah. Jika warga mudah berolahraga, mereka akan sehat dan produktivitas meningkat”, ujarnya penuh keyakinan.
Selain itu Amri juga menyinggung masalah pemanfaatan teknologi dan ketersediaan anggaran beasiswa bagi masyarakat berprestasi namun masuk kategori tidak mampu.
mantan wakil Ketua DPRD Kota Depok selama dua periode itu (2001-2009) itu juga menguraikan tentang makna Agamis yang ia maksud. “Agamis maksudnya warga bebas menjalankan kehidupan beragama dan terciptanya hubungan yang erat antar pemeluk agama”, kata ayah dari delapan anak itu.
Ia juga menguraikan tentang Visi Ramah yakni pemenuhan kebutuhan dasar warga dan penyediaan ruang publik. Visi Tenteram yakni warga Depok menikmati kondisi yang tenang, aman, nyaman dan penuh kedamaian.
“Salah satu program andalan saya adalah Satu kecamatan satu Gelanggang Olah Raga (GOR). kalau perlu kita bangun Balai Rakyat bertingkat yang bisa berfungsi menjadi pusat kegiatan terpadu anak muda untuk berekspresi,” ujarnya.
Ia juga menambahkan akan menyiapkan program pemusatan pelatihan olahraga pelajar untuk cabang-cabang olahraga tertentu. Amri juga menyinggung tentang peluang pemkot Depok mengelola kolam renang di Tirtasari Sawangan.
“Saya juga ingin mewujudkan adanya gedung kesenian di Kota Depok dan Dewan kesenian yang kompak, perbaikan sistem zonasi pendidikan, pelibatan kampus seperti UI dan Gunadarma dalam pembanunan kota, perbaikan taat ruang dan perluasan pedestriam serta target satu kecamatan satu start-up dan satu kecamatan satu Balai Latihan Kerja”, tutupnya.
5. H Suparyono AMD
Berkemaja putih dan jas serta celana panjang hitam, Suparyono menyampaikan alasannya mengapa dirinya ingin maju sebagai bakal calon walikota dari PKS.
“Saya ingin menjadi seperti sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Umar bin Abdul Aziz. Ada satu masa di zamannya ia menjadi khalifah, warga masyarakatnya tidak mau menerima zakat. semiskin-miskinnya orang saat itu penghasilannya sekitar Rp40juta sebulan. saya ingin menjadikan warga Depok berpenghasilan seperti itu.”, katanya penuh percaya diri.
Suparyono menegaskan bahwa menyelesaikan masalah kota intinya adalah masalah kesejahteraan.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini (ada dua versi data) penghasilan rata-rata warga Kota Depok adalah Rp14juta setahun dan Rp24 juta setahun
“Saya ingin mewujudkan VISI 2025 Kota Depok yakni menjadi kota Niaga dan Jasa. Saya akan mengajak warga Depok mengubah cara berpikirnya dari semata jadi pegawai menjadi pengusaha”, tambah lulusan Akademi Kimia Analis Bogor itu.
Menurut data yang diungkap Suparyono, saat ini Kota Depok baru 8 persennya yang berprofesi sebagai pengusaha, sementara targetnya adalah minimal 25 persen.
“Saya ingin pemerintah membantu perubahan cara pikir ini dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro dunia usaha dan mempercepat pembangunan infrastruktur ekonomi”, lanjutnya.
Selain itu Suparyono juga menyinggung masalah perijinan yang masih ribet untuk tempat ibadah, ketahanan keluarga dan tingginya angka perceraian di Kota Depok yang mencapai lima ribu kasus untuk tahun 2018.
End. (FR 2019)