DepokNews–Di era yang serba cepat seperti sekarang, melatih fokus anak usia dini menjadi tantangan tersendiri. Anak-anak cenderung mudah teralihkan oleh berbagai hal, terutama di tengah perkembangan teknologi. Untuk menjawab tantangan ini, murid SMA Muhammadiyah 4 Depok melaksanakan program pengabdian masyarakat di TK Al Kholidin, Cinere dengan menggunakan pendekatan Metode Sensor Motorik, sebuah metode yang mengandalkan aktivitas fisik dan pengalaman langsung untuk melatih konsentrasi selama bulan Desember 2024.
Program ini dilakukan dalam beberapa sesi terpisah dengan tiga kegiatan utama yang kreatif dan edukatif. Dengan fokus utama melibatkan panca indra serta motorik halus dan kasar, kegiatan ini bertujuan mengasah kemampuan anak untuk tetap fokus dan menyelesaikan tugas.
Mengapa Metode Sensor Motorik Penting?
Fokus merupakan kemampuan yang penting untuk anak usia dini karena berpengaruh pada perkembangan kognitif dan emosional mereka. Di usia ini, anak cenderung mudah teralihkan oleh hal-hal di sekitarnya. Metode sensor motorik menjadi salah satu cara efektif untuk melatih fokus dengan melibatkan panca indra dan gerakan tubuh dalam aktivitas sehari-hari.
Penelitian oleh Prasetyo (2018) menunjukkan bahwa metode ini mampu meningkatkan konsentrasi anak hingga 80%. Aktivitas seperti mencabut kangkung atau membuat kolase tidak hanya melatih motorik, tetapi juga membantu otak anak memproses informasi secara lebih baik. Selain itu, kegiatan ini mendorong anak untuk menyelesaikan tugas dengan cara yang menyenangkan.
Lebih dari itu, metode ini juga membangun keberanian dan rasa percaya diri anak. Dengan menghadapi tantangan seperti menyentuh tanah atau menggunakan cat tangan, mereka belajar bahwa eksplorasi adalah bagian penting dari pembelajaran. Hasilnya, anak-anak menjadi lebih berani, kreatif, dan mampu menyelesaikan tugas dengan lebih fokus.
Hari Pertama: Membuat Kolase Dari Biji-Bijian dan Mewarnai
Kegiatan pertama dimulai dengan membuat kolase dari biji-bijian menggunakan biji kacang hijau dan kacang badak berwarna coklat. Anak-anak diberi pola gambar pohon kaktus dan pot, lalu mereka menempelkan biji-bijian ini menggunakan lem. Aktivitas ini melibatkan koordinasi mata dan tangan, serta memperkenalkan mereka pada tekstur dan warna bahan alami.
Selanjutnya, kegiatan kedua adalah mewarnai gambar. Anak-anak dengan antusias menggunakan crayon dan spidol untuk memberikan warna pada gambar, mengasah kreativitas mereka dalam memilih warna yang sesuai.
Hasilnya sangat menggembirakan, dengan 90% anak-anak menunjukkan fokus yang baik hingga kegiatan selesai denan baik. Salah satu guru bahkan mengungkapkan, “Kami senang melihat anak-anak setenang ini saat berkegiatan. Mereka sangat antusias dan tertarik pada setiap langkah.”
Selain melatih konsentrasi, kegiatan ini juga memberi mereka pengalaman sensorik yang berharga, sekaligus membuka kesempatan untuk mengasah keterampilan motorik halus. Anak-anak tidak hanya belajar tentang tekstur biji-bijian, tetapi juga mengembangkan kreativitas mereka dalam seni.
Hari Kedua: Mencabut Kangkung di Ladang
Hari kedua nggak kalah seru karena anak-anak diajak langsung ke ladang untuk mencabut kangkung. Begitu sampai di lokasi, mereka langsung terlihat penasaran, ada yang jongkok dekat tanaman, ada yang pegang-pegang tanah. Beberapa orang tua juga ikut menemani, jadi suasana makin ramai. Kegiatan ini sengaja dirancang supaya anak-anak nggak cuma belajar fokus, tapi juga punya pengalaman langsung bersentuhan dengan alam.
Anak-anak terlihat sangat semangat! Mereka saling berlomba-lomba untuk mencabut dan mengumpulkan kangkung sebanyak-banyaknya. Yang bikin salut, meskipun tangan mereka kotor terkena tanah atau harus memegang akar kangkung yang licin dan aneh, tidak ada yang terlihat jijik.
Setelah selesai, kangkung yang mereka kumpulkan ditaruh di wadah masing-masing untuk dibawa pulang. Anak-anak terlihat bangga banget membawa hasil jerih payah mereka. Selain melatih fokus dan motorik kasar, kegiatan ini juga ngajarin anak-anak buat lebih menghargai makanan yang mereka makan sehari-hari. Rasanya pengalaman ini nggak cuma menyenangkan, tapi juga penuh makna buat mereka dan orang tua.
Hari Ketiga: Cap Tangan sebagai Tanda Perpisahan
Hari terakhir kegiatan ini diisi dengan aktivitas yang nggak kalah seru, yaitu ceplak tangan menggunakan cat warna-warni. Anak-anak diajak mencelupkan tangan mereka ke cat dan menempelkannya di kertas besar yang sudah disiapkan. Hasilnya? Tangan-tangan kecil dengan berbagai warna cerah menghiasi lembaran kertas, menciptakan karya seni kolaborasi yang unik dan penuh makna.
Selain mengenalkan anak-anak pada berbagai warna, kegiatan ini juga menjadi pengalaman baru bagi mereka dalam merasakan tekstur cat. Awalnya ada beberapa yang terlihat ragu-ragu, tapi setelah melihat teman-temannya mulai bermain cat, mereka ikut semangat. Yang bikin senang, anak-anak tetap tertib dan fokus selama kegiatan berlangsung. Ini nggak cuma soal seni, tapi juga melatih konsentrasi mereka untuk mengikuti instruksi dan bekerja sama dengan teman-teman.
Sebagai tanda perpisahan, hasil karya cap tangan ini kemudian dipajang di kelas. Anak-anak terlihat bangga saat melihat nama mereka di samping cap tangan mereka. “Ini tanganku yang biru!” ujar salah satu anak sambil menunjuk hasil karyanya. Kegiatan ini nggak hanya menjadi pengalaman menyenangkan, tapi juga meninggalkan kenangan manis untuk anak-anak, guru, dan semua yang terlibat. Sebuah cara yang sederhana namun bermakna untuk mengakhiri rangkaian kegiatan yang penuh pelajaran.
Rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat di TK Al Kholidin ini menjadi pengalaman yang penuh makna, baik bagi anak-anak, orang tua, maupun kami sebagai fasilitator. Setiap aktivitas, mulai dari membuat kolase biji-bijian, mencabut kangkung, hingga cap tangan dengan cat warna-warni, dirancang untuk melatih fokus, motorik, serta kreativitas anak-anak dengan cara yang menyenangkan.
Melalui kegiatan ini, anak-anak tidak hanya belajar tentang tekstur, warna, dan proses, tetapi juga tentang kerja sama, keberanian, dan rasa bangga terhadap hasil karya mereka sendiri. Dukungan dari para guru dan orang tua juga memberikan atmosfer yang hangat dan menyenangkan, menjadikan kegiatan ini terasa lebih hidup dan bermakna.
Kami berharap pengalaman ini meninggalkan kesan positif dan memberikan manfaat jangka panjang, baik bagi anak-anak maupun komunitas sekolah. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan di masa depan untuk mendukung perkembangan anak-anak yang tidak hanya cerdas, tetapi juga kreatif dan berani bereksplorasi.