MENANGKAL KESAKTIAN COVID 19 DI MASA PANDEMI

Oleh : Drg. Rr.Ambar Hardiani W, Pemerhati Kesehatan

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) ditemukan pada akhir tahun 2019 tepatnya bulan Desember di Kota Wuhan, Provinsi Huebei, China dan kemudian menyebar ke hampir seluruh dunia Virus Covid 19 sejak memunculkan eksistensi di akhir tahun 2019 semakin hari semakin jumawa dengan kesaktiannya. Setelah sukses bermutasi menjadi beberapa varian yang berbeda dalam gejala dan keparahan yang didertia, namun dari semua varian yang ada, penularan tetap melalui droplet dari penderita.. Covid-19 disebabkan oleh betacoronavirus jenis baru yang cenderung mirip SARS-CoV dan MERS-CoV. Manusia sebagai makhluk hidup yang menjadi korban sekaligus perantara  penularan seakan dibuat tak berdaya. Berbagai upaya dilakukan untuk dapat meredam kesaktian virus Covid 19.

Untuk dapat meredam kesaktiannya, kita harus dapat menakar kesaktiannya, memutus rantai penularannya dan menemukan upaya penangkalnya. Berdasarkan sumber data dari laman resmi covid19.go.id Update trakhir tanggal 19-08-2021 diketahui bahwa angka kasus Covid 19 di Indonesia yakni kasus positif 3.930.300 orang, angka sembuh 3.472.915 orang (88% dari jumlah kasus positif) meningkat dari pekan sebelumnya sebesar 85%, dan jumlah meninggal 122.633 orang (3,1%). Angka kasus covid 19 di Kota Depok pada hari sama, tercatat kasus positif 101.824 orang, sembuh : 96.877 orang (95% dari jumlah kasus positif) melampaui angka kesembuhan nasional, dan jumlah meninggal 1.985 orang (1.9%) jauh di bawah angka kematian nasional.

Kesaktian virus Covid 19 terlihat dari kecepatan penularan, dan pada beberapa pasien yang menderita komorbid dapat mengalami perburukan, badai sitokin dan pada akhirnya kematian. Gejala umum di awal penyakit adalah demam, kelelahan atau myalgia, batuk kering. Serta beberapa organ yang terlibat seperti pernapasan, gastrointestinal, dan neurologis. Tingkat virulensi dengan respon imun menentukan keparahan dari infeksi Covid-19. Gejala umum di awal penyakit adalah demam (83-98%), kelelahan atau myalgia, batuk kering (76-82%) dan sesak napas (31-55%). (Levani, Prastya and Mawaddatunnadila, 2021) . Kesaktiannya meningkat pada korban yang memiliki komorbid berdasarkan studi retrospektif observatif yang dilakukan di  Wuhan menunjukan bahwa  rata rata usia pasien beresiko tinggi pada rata rata usia 65,8 dengan persentase dominan 72,9% pria, dengan resiko tinggi pada 60% penderita Diabetes, 74,1%  Hipertensi, 81,2 % Penyakit Jantung Koroner. (Du et al., 2020).

                Untuk meningkatkan daya rusaknya, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) ini bermutasi menjadi beberapa varian baru virus COVID-19 yaitu B.117 disebut Alpha Varian berasal dari Inggris, kemudian B.1351 disebut Beta varian berasal Afrika Selatan dan varian mutasi ganda dari India B. 1617 disebut Delta. Ketiga Varian ini menjadi Varian of Concern atau VoC yang harus diwaspadai. Varian B.117 diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi sekitar 36% –  75% dibandingkan dengan jenis virus yang beredar sebelumnya. Varian B.117 saat ini merupakan varian yang paling banyak dilaporkan oleh orang dari berbagai negara. WHO mencatat berbagai peningkatan kasus sampai 49% varian B.117 yang bersirkulasi di Asia Tenggara.

Penularan Virus Covid 19

                Virus Covid 19 ditularkan melalui droplet penderita Covid 19. Diyakini, ada 3 cara penularan yakni melalui dropets, aerosol dan fomitus. Droplets seperti proyektil peluru yang dikeluarkan dari mulut penderita Covid 19 yang menyasar mata, hidung dan mulut orang terdekatnya namun karena ukurannya yang lebih besar dari aerosol, maka dalam jarak 1 m jatuh ke permukaan tanah. Sedangkan Aerosols ini melayang di udara dan menginfeksi melalui jalur pernafasan. Fomitus adalah permukaan yang terkontaminasi virus Covid 19. Berbicara, bersin dan batuk, Jarak yang dekat, dalam Gedung tanpa ventilasi, durasi di atas 15 menit dan tidak bermasker meningkatkan resiko penularan melalui udara. Pada penularan melalui droplets beresiko lebih rendah bila berjarak > 1 m, namun penularan melalui aerosol beresiko lebih tinggi jika berkontak langsung  dalam Gedung tertutup dan waktu yang lama  (https://youtu.be/EcpQBxBdr5g).

Pencegahan terpapar Covid 19

                Kita dapat menghindar dari terpapar virus Covid 19 dengan cara mengetahui kecepatan infeksi dan metode penularan dari virus yang sakti ini. Diawali dengan memahami kelompok komorbid yang beresiko di lingkungan terdekat kita, membatasi pertemuan/ kontak dengan orang lain terutama yang memiliki faktor resiko tinggi terpapar virus covid 19 terutama pada kegiatan di tengah kerumunan, jarak dekat, durasi lama, tidak menggunakan masker dengan benar, dalam Gedung dengan ventilasi buruk sehingga terindar dari penularan melalui droplet dan aerosol. Untuk menghindari penularan melalui fomitus/permukaan yang terkontaminasi virus Covid 19 maka disarankan secara berkala mendesinfeksi permukaan benda benda yang sering kita pegang seperti tombol lift, lampu, handel pintu, gawai, permukaan meja, kemudian yang tidak kalah penting adalah sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, apabila tidak memungkinkan sementara dapat menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol.

                Untuk mencegah penularan lebih meluas, masyarakat dihimbau mengurangi mobilitas. Situasi yang ada di Indonesia mengharuskan masyarakat untuk mematuhi betul apa yang sudah dianjurkan atau dilarang oleh pemerintah. Sehingga kebijakan Lockdown dan PPKM pun dimaklumatkan, beberapa kebijakan larangan mudik dan penggeseran hari libur nasional , pengaturan kerja menjadi lebih banyak work from home diterapkan sebagai upaya pencegahan berkumpulnya banyak orang dan menurunkan mobilitas masyarakat. Karena sebagaimana kita ketahui, beberapa faktor yang menjadi penyebab peningkatan kasus adalah mobilitas pergerakan masyarakat sehingga penyebaran menjadi sangat cepat.

Langkah Penanggulangan

                Test-Tracing-Treatment (3T) menjadi strategi utama penanganan Covid 19. Yakni peningkatan cakupan test (Swab Ag maupun PCR-test) pada orang yang beresiko terpapar covid maupun bagi yang sudah muncul gejala, kemudian dilanjutkan dengan tracing (Pelacakan) bagi orang yang terconfirmasi positif dimulai dari kontak erat yakni keluarganya untuk segera dapat meminimalisir luasnya penularan, kemudian Langkah treatment (perawatan) yang dapat dilakukan secara mandiri (Isolasi Mandiri) bagi pasien tidak bergejala atau bergejala ringan, serta Rumah Sakit bagi pasien bergejala sedang dan berat.

                Implementasi 3T di kota Depok menjadi perhatian serius satgas penanggulangan Covid 19 Kota Depok. Strategi penguatan Testing diperkuat pemeriksaan swab antigen dan PCR test di 38 Puskesmas dengan dukungan Labkesda Kota Depok yang beroperasi 7 hari dalam sepekan, penelusuran kasus/ Tracing pada kontak erat dan keluarga pasien terconfirmasi covid 19 dilakukan dengan bantuan surveilans di Dinas Kesehatan, Puskesmas, muspika kecamatan, serta unsur RT RW dan kader PKK di wilayah kerjanya masing masing yang tergabung dalam squad Kampung Siaga Covid (KSC). Dan langkah terakhir adalah Treatment menjadikan 24 RS di kota Depok menjadi RS Rujukan Covid 19 bagi pasien bergejala sedang dan berat, membuka layanan karantina di Wisma Karantina dan Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia sebagai solusi bagi pasien yang tidak memungkinkan untuk menjalani Isolasi Mandiri di rumahnya, pada kondisi puncak dimana BOR RS rata rata hampir mencapai 100 % dan wisma karantina pun penuh, maka alternatif lainnya adalah perawatan di rumah dengan pemantauan harian dari tenaga kesehatan di Puskesmas wilayah kerjanya serta dukungan perhatian dari satgas RW dan atau squad Kampung Siaga Covid (KSC).

Upaya Pengendalian

                Langkah terakhir yang diharapkan dapat menciptakan herd Immunitas yakni  ketika sebagian besar populasi kebal terhadap penyakit menular tertentu sehingga memberikan perlindungan tidak langsung atau kekebalan kelompok (bagi mereka yang tidak kebal terhadap penyakit menular tersebut.. Misalnya, jika 80% populasi kebal terhadap suatu virus, empat dari setiap lima orang yang bertemu seseorang dengan penyakit tersebut tidak akan sakit dan tidak akan menyebarkan virus tersebut lebih jauh. Dengan cara ini, penyebaran penyakit tersebut dapat dikendalikan. Bergantung pada seberapa menular suatu infeksi, biasanya 70% hingga 90% populasi membutuhkan kekebalan untuk mencapai kekebalan kelompok. (https://infeksiemerging.kemkes.go.id/), sehingga  bagi Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 269,603,4 (juta) maka untuk mencapai Immuniy Herd harus mencapai angka di atas 188 juta orang sudah mendapatkan Vaksinasi Covid 19 di akhir Desember 2021, diharapkan pandemi dapat segera ditekan lonjakan kasusnya karena kekebalan meningkat dan penularan penyakit dapat dikurangi dengan adaptasi kebiasaan baru.   

Kesimpulan

                Upaya pencegahan penularan, langkah penanggulangan dan pengendalian gencar dilaksanakan pemerintah dan masyarakat secara bersama. Para ahli pun menyatakan bahwa langkah yang direkomendasikan merupakan langkah terbaik. Namun penulis merasakan bahwa di balik upaya tersebut harus didampingi dengan keimanan kita bahwa ada kekuatan Maha Dahsyat yang mengatur takdir setiap makhluqNYA. Kita dapat memahami bahwa setinggi apapun kesaktian Virus Covid 19 tidak akan membahayakan kehidupan manusia apabila kita dapat memahami cara menghindari dan memutus penularannya. Setelah semua ikhtiar kita lakukan, pada akhirnya hanya kepada Tuhan kita berserah diri.

Referensi

Du, Y. et al. (2020) ‘Clinical Features of 85 Fatal Cases of COVID-19 from Wuhan. A Retrospective Observational Study’, American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 201(11), pp. 1372–1379. doi: 10.1164/rccm.202003-0543OC.

Levani, Prastya and Mawaddatunnadila (2021) ‘Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi’, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 17(1).

(https://youtu.be/EcpQBxBdr5g).