Nasabah KSP Pandawa Grup Kebakaran Jenggot, Pendiri KSP Pandawa Mulai Menghilang

Depoknews.id, Depok – Para nasabah dari koperasi simpan pinjam Pandawa Mandiri Grup mulai resah. Hal ini dikarenakan kediaman dari Salman Nuryanto, pendiri pendiri koperasi di Perumahan Palam Ganda Asri, Blok A 2 No 18, Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Depok, dikabarkan sudah sepi dari penghuni.

Jauh sebelum KSP ini dilirik oleh Otoritas Jasa Keuangan, beberapa nasabah dari Pandawa ini sering diingatkan oleh orang-orang yang peduli, namun sayang niat ingin mengingatkan justru dibalas dengan perlawanan.

Kini, pria yang akrab disapa Nuryanto itu menghilang. Tak hanya Nuryanto, keluarganya yang lain juga tidak terlihat. Salah seorang wanita yang mengaku sebagai penjaga rumah, mengaku tidak tahu keberadaan majikannya.

“Saya enggak tahu ke mana, saya juga baru dari kampung,” kata wanita paruh baya yang enggan disebut namanya itu sambil meninggalkan awak media, Selasa, 17 Januari 2017.

Sementara itu, sejumlah nasabah yang datang menuntut kejelasan mengaku angka investasi yang telah diberikan ke koperasi itu jumlahnya bervariasi. Mulai dari puluhan juta rupiah, ratusan juta rupiah, bahkan ada yang mencapai miliaran rupiah.

“Saya sudah tiga hari ke sini enggak pernah dapat kejelasan. Saya sudah ke kantornya katanya disuruh ke rumah. Di sini juga tetap enggak ada orang. Saya cuma mau cari kejelasan, tolong dikembalikan uang saya,” kata Mida, salah satu nasabah.

Pada wartawan, wanita ini mengaku telah menyetorkan uangnya ke koperasi tersebut dengan nilai ratusan juta rupiah. Awalnya, Mida mengaku sempat merasakan hasil investasi sebesar 10 persen dari angka yang disetorkan.

“Iya awal-awalnya masih terima, tapi lama-lama enggak ada kejelasan. Saya sih masih mau nunggu, mudah-mudahan masih ada harapan,” ujarnya.

Tak jauh berbeda dengan Mida, Rohim, nasabah lainnya yang mengaku telah menginvestasikan uang Rp80 juta juga akan menunggu sampai akhir Januari. “Kalau enggak dipulangkan juga, ya saya akan tempuh jalur hukum,” katanya.

Rohim menambahkan, dia mendesak pihak koperasi Pandawa untuk segera mengembalikan uang investasi lantaran ada keperluan mendesak. “Saya butuh buat biaya operasi orangtua,” ujarnya.

Sedangkan Irianto, nasabah lainnya mengaku telah menyetorkan uang sebesar Rp256 juta. Itu adalah uang miliknya yang digabung bersama menantu dan besan.

“Kalau saya pribadi pakai uang hasil pensiun, tadinya uang itu akan saya gunakan buat dagang. Eh malah kaya gini, ya saya sih berharap bisa dikembalikan,” katanya saat ditemui di teras rumah Nuryanto.

Sementara nasabah lain masih menunggu kejelasan, sebagian besar nasabah lainnya telah menyiapkan strategi untuk menempuh jalur hukum melalui pengacara. Mereka mendesak Nuryanto segera mengembalikan uang investasi yang jumlahnya mencapai Rp200 miliar.

“Saya akan ajukan somasi lebih dulu, jika somasi tak mendapat respon terpaksa akan saya lanjut,” kata kuasa hukum sejumlah nasabah Pandawa, Mukhlis Effendi pada wartawan.

Mukhlis mengatakan, jumlah nasabah Pandawa yang menguasakan urusan tersebut pada lembaga hukumnya berjumlah puluhan orang.

“Macam-macam, ada yang dari Cirebon, Bogor, Depok dan Jakarta. Total investasinya Rp200 miliar,” katanya.

Meski demikian, Mukhlis yang juga mantan anggota Pandawa ini masih berharap Nuryanto bersedia melakukan mediasi agar kasusnya tidak berlarut-larut. Sebab, berdasarkan keputusan Otoritas Jasa Keuangan, koperasi tersebut telah diberi batas waktu untuk mengembalikan uang para nasabah hingga awal Februari 2017.

“Tapi sudah empat hari ini dia hilang. Saya telepon atau whatsapp tidak ada tanggapan. Di rumahnya juga enggak ada. Kalau begini saya sudah siapkan langkah-langkah pelaporan dengan sejumlah bukti,” katanya.

Dari penelusuran, jumlah anggota koperasi Pandawa yang bermakas di kawasan Limo, Depok, Jawa Barat ini disebut-sebut telah mencapai ribuan orang dan tersebar di sejumlah daerah.