DepoknewsSelama dua hari, 10–11 November 2025, Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (UI) bersama Kementerian Transmigrasi menggelar pelatihan bertajuk “Pelatihan Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah dan Peningkatan Potensi Ekonomi Masyarakat Kawasan Transmigrasi.”
Sebanyak 20 peserta dari empat gampong, yakni Alue Keumuneng, Simpang Teumarom, Karang Hampa, dan Gunung Pulo, mengikuti pelatihan ini dengan penuh semangat. Setiap gampong mengirimkan lima perwakilan, terdiri atas ibu rumah tangga, pemuda, badan usaha milik gampong, koperasi merah putih, dan pelaku usaha kecil yang tertarik mengembangkan usaha berbasis lingkungan. Kegiatan ini merupakan salah satu luaran penting (Output 1) dari Ekspedisi Patriot Kementerian Transmigrasi, yaitu rekomendasi berbasis data dan kegiatan lapangan untuk evaluasi pengembangan kawasan transmigrasi.
Hari pertama pelatihan dimulai dengan sambutan dari Sekretaris Camat Woyla Barat, Taufiq Hidayat, S.E., M.Si. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada mahasiswa UI yang datang langsung ke desa untuk berbagi ilmu yang bermanfaat. “Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. Masyarakat transmigrasi memiliki semangat tinggi, hanya butuh pendampingan dan kesempatan. Dengan pelatihan seperti ini, potensi lokal bisa tumbuh menjadi usaha nyata,” ujar Taufiq disambut tepuk tangan peserta.
Setelah registrasi dan sambutan, peserta langsung masuk ke sesi utama bersama Dr. rer. nat. Ilham Maulana, S.Si., Dosen Kimia dari Universitas Syiah Kuala. Dalam penyampaian materinya, Dr. Ilham menjelaskan dasar-dasar ilmiah pembuatan sabun seperti tentang reaksi saponifikasi, penggunaan minyak nabati, hingga pentingnya pH yang seimbang agar sabun aman digunakan. Ia juga mengingatkan bahwa sabun yang baik tidak harus banyak busa, karena yang terpenting adalah kemampuannya membersihkan secara efektif.
Namun, yang paling menarik perhatian peserta bukan hanya teori kimia, melainkan pesan filosofis yang disampaikan Dr. Ilham. “Berdasarkan ajaran Islam, Tuhan tidak menciptakan sesuatu tanpa manfaat. Bahkan sawit pun punya manfaat besar jika dikelola dengan baik. Begitu juga dengan minyak jelantah yang sering kita anggap limbah, ternyata bisa bernilai,” ujarnya sambil tersenyum. Ucapannya membuat beberapa peserta mengangguk-angguk kecil, seolah baru menyadari nilai baru dari sesuatu yang selama ini mereka buang.
Peserta kemudian langsung praktik membuat sabun dengan bahan sederhana: minyak jelantah yang telah disaring, air RO, soda api (NaOH), dan pewangi alami. Mereka mengaduk adonan dengan hati-hati, menunggu hingga mengental, lalu menuangkannya ke cetakan. Tawa dan canda mengisi ruangan saat beberapa sabun gagal mengeras dengan sempurna. “Nggak apa-apa, yang penting belajar dulu. Namanya juga percobaan pertama,” kata salah satu peserta sambil tertawa. Hari pertama ditutup dengan sesi foto bersama dan melihat hasil sabun buatan masing-masing kelompok.
Hari kedua pelatihan diwarnai hujan sejak pagi, namun tak menyurutkan semangat peserta untuk datang. Kali ini, sesi diisi oleh Arafah, S.E., M.Si., dari UPT Kawasan Hutan Lindung DLH Aceh Barat dan Kepala IKADI Aceh Barat Bidang Ekonomi Kewirausahaan, yang juga mantan pejabat Dinas Perindustrian Provinsi Aceh. Dengan gaya bicara yang santai tapi penuh wawasan, Arafah menjelaskan tentang pentingnya kemitraan dan strategi membangun usaha kecil di tingkat desa. Ia juga membagikan kiat-kiat mengajukan merek dagang sabun secara gratis, sesuai program pemerintah. “Produk kecil juga perlu identitas. Dengan punya merek dagang, produk kita bisa naik kelas dan punya nilai jual,” katanya sambil menunjukkan contoh label sabun lokal binaan UMKM.
Sesi berikutnya dipandu oleh Ary Maulana, S.Sos., Koordinator Lapangan Tim Ekspedisi Patriot Aceh Barat, yang mengajarkan bagaimana mencari potensi ekonomi peserta menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) dan keuntungan usaha. Para peserta tampak bersemangat menghitung biaya bahan dan memperkirakan harga jual di pasar. Peserta belajar menakar biaya bahan, kemasan, dan harga jual.
Di akhir kegiatan, Ibu Masyitah dari Gampong Alue Keumuneng mengaku senang mengikuti pelatihan ini. “Selama ini minyak bekas kami buang saja, sekarang tahu caranya dijadikan sabun. Harapannya nanti ada kegiatan seperti ini lagi,” katanya dengan wajah gembira.
Sementara itu, Dewita Angelina, salah satu anggota Tim Ekspedisi Patriot UI, mengatakan kegiatan ini menjadi jembatan antara kampus dan masyarakat. “Semoga kegiatan ini memberikan manfaat ke depannya, membuka pemikiran dan peluang baru di kawasan transmigrasi. Kami dari Universitas Indonesia berusaha menjembatani melalui pelatihan ini agar masyarakat bisa mengembangkan potensi ekonominya secara mandiri,” ujarnya.
Kegiatan ditutup dengan foto bersama sambil memegang sabun hasil karya masing-masing kelompok. Meskipun hari kedua diguyur hujan, semangat peserta tidak luntur sedikit pun. Dari minyak jelantah yang dulu hanya dianggap limbah, kini warga transmigrasi menemukan cara baru untuk menciptakan peluang ekonomi.







