Menu

Dark Mode
Syauqy Faza Mukti Al Haritsy Juarai Olimpiade Bahasa Arab Imam Budi Hartono Kampanye di Posko Kemenangan D’Bar, Relawan Targetkan 80 Persen Suara di Duren Mekar dan Duren Seribu Imam Budi Hartono – Ririn Farabi Pastikan Lanjutkan Program Berobat Gratis Pakai KTP Berobat Gratis Pakai KTP di Depok, Bukan Sekedar Janji Manis: Produk Pemerintahan Idris-Imam yang Dirasa Masyarakat Ade Supriyatna Resmi Dilantik Sebagai Ketua DPRD Kota Depok Luar Biasa, Bang Imam Juara lomba Penulisan Essay dengan Tema Pembayaran Transportasi Berbasis KTP

Gaya Hidup

Pengamat Sosial Soal Narkoba dan Selebriti

badge-check


					Pengamat Sosial Soal Narkoba dan Selebriti Perbesar

DepokNews- Pengamat sosial budaya Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmwati menilai, berdasarkan banyak hasil studi menyatakan selebriti tidak merepresentasikan sebagai profesi yang paling banyak tersangkut narkoba.
Kalangan ini memang rentan terhadap bahaya narkoba namun tidak serta merta sebagai profesi yang teratas tersangkut narkoba. Dari banyak studi kata dia kalangan pekerjalah yang justru lebih rentan terhadap bahaya narkoba.
“Pada kasus ini mengapa artis menjadi perhatian? Karena lebih sering diekspose dibanding profesi lain. Dan ini bisa menjadi sirine nasional,” katanya.
Menurut analisanya ada kaitan antara ekonomi dengan kasus narkoba. Di kalangan pekerja, mereka dituntut untuk terus vit dengan perfoma yang baik. Disisi lain, siklus tubuh tidak bisa selama 24 jam selalu bisa memberikan performa terbaik. Dititik inilah biasanya mereka rentan menggunakan narkoba dengan tujuan sebagai pemicu stamina.
“Di era modern sekarang tiap orang berusaha untuk berkompetisi agar dapat pundi-pundi. Nah mereka ini butuh stamina yang oke. Ada beberapa narkoba yang memang bisa memberikan hal itu,” tukasnya.
Di sisi penjual, sambung dia, kalangan pekerja ini menjadi sasaran empuk. Mengapa? Karena mereka dianggap sebagai kalangan berduit yang bisa membeli barang dagangan pengedar.
“Tidak heran mengapa pengedar mengincarnya. Dengan uang yang mereka punya maka mereka berpotensi untuk melakukan repeat order pada pengedar,” paparnya.
Modusnya, pengedar ini biasanya mendekati konsumennya terlebih dahulu. Pengedar menjadikan calon korban sebagai teman yang bisa diajak diskusi. Dengan kata lain, korban diberikan kenyamanan dan keamanan. Ketika sudah klop, biasanya pengedar baru menjajakan barang dagangannya.
“Maka tingkat kewaspadaan harus diberlakukan. Mawas diri dan kontrol diri harus ditingkatkan,” tutupnya.(mia)
Facebook Comments Box

Read More

Kopi Minuman Gaul Pereda Stres

20 December 2018 - 06:07 WIB

Selera Unik Anak, Orang Tua Wajib Tahu Dekor Ruangan #kidszamanow

24 November 2017 - 12:01 WIB

Lebih PD Dengan Piquant Refill Parfume, Harga Juga Terjangkau

24 November 2017 - 07:50 WIB

Cara Dekat Dengan Anak,  Psikolog Sarankan Ortu Jalin Komunikasi Yang Menyenangkan

23 October 2017 - 10:20 WIB

Sedang Trend, Inilah Enam Bahaya Sulam Alis

22 October 2017 - 20:09 WIB

Trending on Gaya Hidup