DepokNews- Berdasarkan hasil kongres V yang diselenggarakan beberapa waktu lalu, Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Prof. Mohammed Ali Berawi atau Prof Ale menjadi Ketua Umum Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) periode 2022-2026.
Hadir dalam kongres tersebut Ketua ADI periode 2018-2022 Dinno Pati Jalal, Sekjend ADI Dr Amirsyah Tambunan dan para pengurus ADI wilayah seperti dari Lampung, Jawa Timur, Jawa barat, Jambi, Sulawesi Tenggara.
Prof Ale mengatakan akan terus melanjutkan program untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas dosen di Tanah Air. Dirinya juga akan membawa ADI lebih aktif memberikan sumbangsih demi kemajuan bangsa.
“ADI sebagai organisasi pendidik di Indonesia akan terus meningkatkan perannya bagi peningkatan kualitas dan kapasitas dosen. Selain itu juga akan berperan aktif dalam berkontribusi mencerdaskan bangsa dan membangun negara,” katanya melalui keterangan yang diterima DepokNews, Sabtu (17/9).
Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) itu menambahkan, program kerja yang dilakukan secara internal dan eksternal. Salah satunya, meningkatkan peran aktif dosen dalam pembangunan.
“Salah satu cara memajukan kualitas bangsa bisa dimulai dengan meningkatkan peran komunitas ilmiah sehingga pengambilan keputusan dapat lebih solid dengan berbasiskan pada policy-based-evidence,” ujarnya.
Dalam hal pengembangan kompetensi dosen, ADI melakukan program kunjungan dan kerja sama antara dosen dengan perguruan tinggi.
“Kami juga melakukan program penyediaan dukungan bagi dosen untuk kegiatan yang mendukung riset dan publikasi melalui berbagai pelatihan upskilling. Serta dalam hal kemitraan, kami akan menjalin hubungan kerja sama strategis dengan parapihak terkait di berbagai sektor,” ungkapnya.
Prof Ale yang juga menjadi Ketua Bidang transformasi teknologi dan inovasi di Tim Transisi IKN dan Sekretaris Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI menambahkan, kolaborasi antara dosen dengan diaspora yang memiliki kesamaan bidang riset juga dilakukan.
Sehingga bisa melakukan penelitian bersama yang mendukung program pemerintah.
“Pairing antara dosen dengan diaspora diperlukan agar bisa dilakukan penulisan ilmiah, penelitian kolaboratif dan pengelolaan ejournal,” katanya.
Hasil penemuan dari penelitian, publikasi ilmiah, merupakan bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan pengajaran di kelas.
Yang tak kalah penting kata dia yaitu melakukan kemitraan strategis dengan Kemendikbud Ristek dan industri.
Menurutnya menjalin kerja sama dengan mitra strategis diperlukan dalam rangka membangun iklim yang sejalan antara perguruan tinggi dengan industri.
“Dialog berkala dalam konteks sustainable future antara ADI dengan KADIN, HIPMI, Int. Chambers of Commerce dan praktisi korporat lain juga dilakukan agar kampus dapat mencetak lebih banyak enterprenuer di masa mendatang,” tandasnya.