Psikolog: Waspada Kecanduan Medsos Alami Gangguan Mental

DepokNews- Media sosial pada hari ini tidak lagi hanya untuk bersilaturahmi dan berhubungan dengan banyak orang. Tapi media sosial dijadikan ajang untuk mengumbar keluh kesah, kemarahan atau kebencian atas sebuah masalah. Orang yang lebih sering berkeluh kesah dan membenci dengan membabi buta, terus menerus dan dalam berbagai konteks menunjukkan ada sesuatu yang salah dalam jiwanya. Hal itu dibenarkan Pakar Psikologi klinis Dr. Muhammad Fakhrurrozi, M.Psi, Psi. Menurutnya, mereka selalu terfokus pada hal-hal itu dan sangat sulit untuk dialihkan atau disadarkan. “Mereka berlomba untuk mengkritik atau mencaci orang lain jika tidak sesuai harapannya. Parahnya, mereka bersuka cita atas penderitaan pihak-pihak yang selama ini mereka benci. Ini sangat memprihatinkan,”ujarnya seusai ditemui di Kampus Gunadarma, Margonda.

Menurutnya, pada 10 Oktober diperingati sebagai hari kesehatan jiwa sebagai momen refleksi pentingnya kesehatan. Ia juga mengatakan, fenomena masifnya penyebaran hoax dan mudahnya percaya informasi hoax. Sehingga, orang yang sangat dikuasai emosi (baik emosi positif atau negatif) sangat rentan termakan informasi hoax. “Belum lagi penggunaan internet yang berlebihan bisa memicu kecanduan dan bisa mengarah ke sesuatu yang tidak sehat secara mental. Walaupun sampai saat ini internet addiction masih dalam tahap riset untuk bisa dimasukkan ke dalam kategori gangguan mental, namun perlu diwaspadai,”paparnya.

Ia menambahkan, munculnya suatu kondisi yang tidak wajar jika seseorang terlambat informasi yang beredar di internet atau yang disebut FOMO (Fear of Missing Out). Menurutnya, mereka takut ketinggalan berita di sosial media atau takut nggak update. FOMO merupakan fenomena yang tidak wajar bagi para penggila media sosial. Mereka akan risau karena belum buka Twitter, Facebook, Snapchat, Path, BBM, Line, Email dan sebagainya. “Biasanya mereka akan menjadi resah dan cemas. Atau jenis lainnya yang disebut Nomophobia (no-mobile-phone phobia) adalah suatu sindrom ketakutan jika tidak mempunyai telepon genggam (atau akses ke telepon genggam). Ini merupakan salah satu gangguan mental phobia yang dialami manusia di era revolusi industri 4.0 ini,”terangnya.

Oleh karena itu, dia menyarankan semestinya menggunakan teknologi informasi ini dengan bijak. Pergunakan internet dan gadget hanya untuk mengakses dan memposting hal positif serta bisa merawat perkembangan jiwa kita menjadi lebih matang. “Jangan biarkan teknologi dan internet merusak jiwa kita. Kuasai mereka sehingga jiwa kita akan terus bertumbuh seiring dengan perkembangan teknologi informasi,”tandasnya.