Rama: Maraknya Prostitusi Depok, Ironi Kota yang Diklaim Religius

Depoknews.id – Kepolisian Resor Depok kembali membongkar jaringan pelacuran yang memanfaatkan apartemen sebagai tempat praktiknya. Pada Sabtu (25/1), aparat Polres Depok menyelamatkan dua orang perempuan yang dijadikan obyek pelacuran di salah satu kamar di apartemen Saladin yang terletak di Jalan Margonda. Yang membuat miris, kedua perempuan itu masih di bawah umur.

Satu dari dua korban itu dilaporkan hilang oleh keluarganya sejak 2 Januari. Artinya, patut diduga praktik pelacuran tersebut juga berbarengan dengan perdagangan orang karena korbannya dipaksa atau diintimidasi untuk melakukan transaksi seksual itu.

Bakal calon wali kota Depok Rama Pratama merasa geram dengan maraknya praktik prostitusi di Kota Depok. “Kasus seperti ini bukan yang pertama kali. Dan ini ironi buat kota yang oleh pemerintah kotanya dikampanyekan sebagai kota religius yang sarat gimik dan simbol agama,” kritik Rama.

Pernyataan Rama terbukti benar karena kasus serupa pernah terungkap di apartemen yang sama pada November 2015. Pada saat itu juga ditemukan praktik pelacuran yang melibatkan anak di bawah umur. Kasus berulang di apartemen Saladin yang dipasarkan sebagai apartemen berkonsep islami menambah ironi kejadian tersebut.

Rama mengingatkan bahwa prostitusi itu seperti gunung es, jika ada satu atau dua yang terungkap, maka entah ada berapa banyak praktik yang masih di bawah permukaan. Artinya juga, entah berapa banyak perempuan menjadi korban dari eksploitasi seksual ini.

Rama mengapresiasi tindakan cepat dan responsif dari Polres Kota Depok. Apalagi, penindakan kali ini kembali menyelamatkan perempuan di bawah umur. “Saya sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada jajaran Polres Depok. Setahu saya, belum ada pernyataan atau komentar dari Pak Walikota mengenai kasus terakhir ini.”

Selain itu Rama menambahkan, “Prostitusi ada hubungan dengan maraknya pembangunan apartemen di Depok yang tidak dibarengi rekayasa sosial untuk tetap menghadirkan kontrol sosial. Apartemen menjadi tempat yang sangat tertutup dan seolah tidak bisa dijangkau oleh norma-norma sosial.”

“Saya melihat pemerintah kota belum punya konsep yang jelas menangani masalah ini. Kalau kita baca di media, Pak Walikota bilang akan mengkaji untuk menutup salah satu apartemen karena dijadikan tempat prostitusi. Pelaksanaannya bagaimana? Padahal, para anggota DPRD sudah mendesak pemkot untuk bertindak tegas,” Ungkap Rama yang juga mantan anggota DPR RI ini.

Menurut Rama, pemkot Depok telah mengobral izin pembangunan apartemen tanpa menghitung dampak sosial dan lingkungan dari pemukiman vertikal berukuran besar tersebut. “Depok ini mau jadi apa? Saya sampai miris membaca ada berita di media yang judulnya ‘Wisata Berahi di Kota Religius’. Bagaimana kita harus menjelaskan persoalan ini kepada anak-anak kita? Sebagai orang tua dari anak-anak yang beranjak remaja, saya bisa merasakan kecemasan para orang tua melepas anaknya pergi ke sekolah atau bermain, karena kota ini ternyata tidak lagi aman dan ramah bagi anak-anak dan perempuan,” ujar ayah dari tiga putra ini prihatin.

Sedangkan terkait dampak lingkungan dari maraknya pembangunan apartemen misalnya, menurut Rama, tidak ada kejelasan regulasi tentang bagaimana apartemen dengan ratusan kamar tersebut memenuhi kebutuhan air. Kalau dibiarkan apartemen tersebut menyedot air tanah, tentunya akan berdampak mengurangi ketersediaan air tanah bagi warga sekitar yang hanya menggunakan pompa air kecil.

“Pemkot mestinya fokus pada hal-hal yang substansial. Membuat regulasi yang tegas dan menegakkannya. Tidak perlu bikin gimik-gimik yang simbolik dan sloganistik seperti menyanyi di lampu merah misalnya. Toh, kemacetan di Depok tetap saja bikin pusing. Sementara Prostitusi ini adalah persoalan kemanusiaan. Ada manusia yang direndahkan harkat dan martabatnya, bahkan terancam keselamatan jiwanya. Jangan sampai ironi kota Depok yang diklaim religius ini terus terulang,” tegasnya.

Rama Pratama adalah salah seorang tokoh gerakan mahasiswa pada era Reformasi 1998. Pada masa itu, ia adalah Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia, Depok. Setelah menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UI, ia melanjutkan pendidikannya di Pascasarjana Ilmu Politik UI dan kini tengah merampungkan studi doktoralnya, juga di almamaternya itu.

Pada 15 Januari lalu, Rama menyampaikan tekadnya mengajukan diri untuk menjadi calon wali kota Depok. Walau saat ini belum diusung oleh partai politik, pria yang telah menjadi warga Depok selama lebih dari 30 tahun ini optimis akan mendapat dukungan dari partai politik pada waktunya nanti. (end)