Reuni 212 dan Hari Relawan Internasional 5 Desember 2018

DepokNews–Pada peristiwa Reuni 212 lalu, sekitar 8 juta umat Islam tumpah ruah ke Monas dan jalanan di sekitarnya. Tanpa dikomando, mereka menjadi relawan yang hadir dengan ongkos sendiri, dengan segala keterbatasan memberikan apa yang mereka miliki. Makanan, minuman, tenaga, apapun. Bahkan karena tak punya apa-apa untuk diberi, ada yang rela menerima sampah.

Hal ini tidak mengherankan karena Indonesia dinilai sebagai negara dengan masyarakat paling dermawan di dunia menurut Charities Aid Foundation (CAF) berdasarkan World Giving Index per Oktober 2018. Skor yang didapatkan Indonesia adalah total 59 persen, terdiri dari membantu orang lain 46 persen, menyumbangkan uang 78 persen dan menjadi relawan 53 persen.

Kerelawanan di Indonesia sendiri mengalami kebangkitan sejak bencana alam gempa bumi dan tsunami di Aceh pada tahun 2004. Bahkan Profesor Mitsuo Nakamura dari Harvard University, mengatakan bahwa kerelawanan Indonesia pasca-tsunami 2004 jauh lebih besar dibandingkan kerelawanan di Jepang yang bangkit pasca musibah gempa bumi besar di Kobe pada tahun 1995.

Savitri (2005) menyebutkan bahwa relawan adalah seseorang yang secara sukarela menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dan keahliannya untuk menolong orang lain dan sadar bahwa tidak akan mendapatkan upah atau gaji atas apa yang telah disumbangkan. Dalam budaya Indonesia, kerelawanan dikenal dengan istilah gotong royong.

Namun berbeda dengan negara-negara luar, kerelawanan di Indonesia belum menjadi rekam jejak untuk mendapatkan pekerjaan. Sebuah survai dari China Youth Daily terhadap 1.044 perusahaan menunjukkan bahwa lebih dari 60% dari mereka lebih memilih seorang calon karyawan dengan pengalaman sebagai relawan. Hal ini karena mereka mendapatkan nilai-nilai dedikasi, integritas, dan komunikasi yang baik dari pelayanan relawan. Selain itu mereka puas dengan karyawan yang pernah menjadi relawan.

Ada juga studi empiris yang menunjukkan bahwa para relawan muda cenderung mengembangkan perilaku sosial yang positif untuk mengurangi kenakalan remaja. Selain itu, kerelawanan memberikan peranan penting dalam transisi remaja menuju kedewasaan yang bertanggungjawab. Beberapa negara memperkenalkan kerelawanan untuk melayani masyarakat melalui pendidikan. Bahkan di Venezuela, hal ini telah diperkenalkan sejak SMP.

Jika saya terpilih menjadi Anggota DPRD Kota Depok tahun 2019-2024, saya akan berjuang agar kerelawanan menjadi kurikulum pendidikan muatan lokal di Kota Depok. Untuk Pemerintah Kabupaten/Kota, wewenangnya adalah pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan anak usia dini, dan pendidikan nonformal.

( Nur Azizah, S.KG.
Caleg PKS No. 10 DPRD Kota Depok
Dapil Cilodong Tapos)