DepokNews- Satu tahun sudah pasangan Mohammad Idris-Pradi Supriatna dilantik menjadi walikota-wakil walikota Depok oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. Dalam perjalanan satu tahun kepemimpinan mereka, tentu ada dinamika terkait ‘perasaan’ dalam menjalankan tugas.
Tak jarang harmonisasi kedua kepala daerah yang dilantik pada 17 Februari 2016 lalu menjadi sorotan publik, terlebih di beberapa bulan terakhir. Namun begitu, mereka berdua menyadari bahwa mereka dipilih masyarakat untuk membangun Depok bukan mengedepankan ego pribadi.
“Tidak ada overlaping terkait tugas yang dilakukan oleh Pak Wakil. Semangat mudanya Pak Pradi ini dalam menegur sapa ke masyarakat dan menggunakan medsos, mungkin bagi sebagian orang mengesankan bahwa Pak Wakil mendahului tugas walikota, sebenarnya tidak begitu,” cerita Idris.
Idris menganalogikan bahwa kepemimpinannya saat ini dengan Pradi tak ubahnya SBY-JK pada saat menjabat presiden-wakil presiden.
“Pak JK kelihatan lebih gesit. Makanya sempat ada media yang mengangkat bahwa kami matahari kembar. Saat itu kami klarifikasi, kami tanya ini ada apa Bang, kami panggilnya Abang aja bukan Pak Wakil. Dari itu, kami sepakat untuk saling mengerem dan mengingatkan agar media tidak bermain di ruang yang ‘liar’, karena hal itu bisa saja dipolitisasi,” paparnya.
Dalam menjalankan tugasnya, Idris tak sungkan untuk memposisikan dirinya sebagai orang tua dan Pradi sebagai anak muda.
“Ada juga kan orang tua yang sok belagu, dari itu kami sal. ing mengingatkan. Tentu lebih banyak persamaan-persamaan kami dari pada perbedaan,” ungkapnya.
Sementara itu, Pradi mengungkapkan isi hatinya setahun memimpin Depok bersama Mohammad Idris. Dikatakannya, saat ini dirinya lebih mengedepankan tabayun terutama dengan atasannya dalam setiap kali menjalankan tugas
“Kami tentu saling mengisi. Sesuai undang-undang, tupoksi wakil walikota adalah mendukung tugas dari walikota. Namun memang, terkadang saya sebagai orang muda kadang-kadang saya overlaping, jadi kesannya seperti mandahului Pak Wali,” ungkapnya.
Hal itu, kata dia, dilakukannya tak lain ingin berbuat kepada masyarakat secara cepat. Dirinya merasa bersyukur memiliki atasan yang dinilai pemaaf.
“Kalau ada hal-hal baik yang kurang maupun lebih, kami cepat klarifikasi, ini yang kami syukuri. Beliau (Pak Wali,red) pemaaf. Kami lakukan ini tak lain untuk seluruh masyarakat di Depok,” katanya.
Sebagai orang baru di tatanan birokrasi, Pradi menyadari masih perlu belajar banyak terutama kepada atasannya yang lebih dulu menjabat wakil walikota.
“Terkait program kegiatan, kami sungguh-sungguh untuk merancang dan mengevaluasi. Pasti ada hambatan-hambatan di lapangan baik yang terkait dengan pembangunan infrastruktur dan lainnya. Kami ingin kinerja kami ini berjalan sesuai aturan sehingga dapat dirasakan oleh masyarakat,” tutupnya.(mia)