DepokNews — Komplek Perumahan Taman Duta Depok kembali banjir setelah Depok diguyur hujan sepanjang malam hingga pagi, Kamis (23/3/2017). Seakan sudah menjadi langganan setiap hujan daerah tersebut selalu kebanjiran.
Untuk mengatasi seringnya banjir di Perumahan Taman Duta dan Perumahan Bukit Cengkeh tersebut anggota DPRD Kota Depok dari Komisi C, Sri Utami meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Lingkungan Hidup (LH) dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, (BBWSCC) duduk bersama mencari solusi yang tepat dan efektif.
“Banjir ini disebabkan oleh alih fungsi lahan yang luar biasa menjadi hunian-hunian, akibatnya air semakin banyak yang terbuang ke saluran dan tidak mampu lagi diserap oleh tanah. Kedua terjadi pengurangan daya tampung setu pengarengan akibat pembangunan jalan tol Cijago yang mengambil badan setu untk dasar tiang pancang. Pihak pengembang tol harus bertanggung jawab mengganti pengambilan lahan tersebut. Melakukan normalisasi setu. Ini menjafi kewenangan pemerintah pusat dalam hal ini BBWSCC yang bertanggung jawab unntuk melalukan peneguran,” jelas Sri Utami kepada depoknews.id, Kamis (23/3/2017).
Menurut Sri Utami, jika warga menuntut untuk membuat sodetan ke Ciliwung ini juga harus dilakukan melalui kajian yang serius. Jangan nanti menimbulkan bencana ekologis. Karena saat ini beban Ciliwung sudah sangat berat. Elevasi permukaan air Ciliwung di musim hujan saat ini cepat sekali peningkatannya. Hal ini menimbulkan longsoran yang cukup serius di banyak titik di sepanjang sempadan Ciliwung.
“Jangan sampai terjadi bencana yang lebih besar lagi karena kesalahan dalam mengambil kebijakan.Problem banjir ini spiritnya jangan hanya mengalirkan/membuang air secepatnya ke sungai. Tetapi harus punya cara pandang ekologis dengan menampung dan menyimpannya di tanah,” jelas Sri Utami.
Harus menormalisasi setu, lanjut Sri Utami, sehingga setu berfungsi secara maksimal daya tampungnya, menggalakan sumur-sumur resapan di lingkungan warga, membuat biopori, menanam pohon, membersihkan sampah dari kali, dan lain-lain. “Harus ada gerakan revolusioner dan ekstraordiner untuk mengatasi masalah banjir ini,” tutup Sri Utami.