Oleh: KH. Dr. Mohammad Idris, MA. (Walikota Depok)
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ الأَنْصَارِيِّ خَادِمِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَلَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلاَةٍ” مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya: Dari Abi Hamzah Anas bin Malik al-Anshari r.a, sang pelayan Rasulullah saw berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sungguh Allah lebih bergembira dengan taubat hambaNya diantara kamu daripada seorang yang menemukan gembalaannya setelah tersesat di padang pasir” (H.R. Bukhari Muslim)
Kenapa Allah swt demikian gembira dan senang kepada orang yang bertaubat? Karena orang yang taubat adalah orang yang mampu mengakui kesalahan yang diperbuat, dan iapun yakin bahwa tak seorangpun hidup di dunia tanpa salah dan dosa, karenanya ia senantiasa bertaubat kepada Sang Yang Maha Pengampun dan Penerima Taubat.
Kegembiraan dan kesukaan Allah kepada orang yang bertaubat seperti orang yang telah lama kehilangan hewan gembalaan kemudian menemukannya, masya Allah alangkah gembira dan sukacitanya dia, sungguh Allah sedang menanti-nanti kehadiran orang yang taubat, karenanya segeralah bertaubat.
Taubat yang diterima Allah adalah Taubatan Nasuha, yaitu taubat yang sebenarnya, taubat yang serius. Nasuha berasal dari kata nasehat, yakni taubat yang mampu memberikan nasehat kepada pelaku kesalahan dan dosa, sehingga ia menyesali dan segera meninggalkan perbuatan dosanya seraya berjanji setia tidak akan kembali kepadanya serta memperbaikinya dengan perbuatan yang baik nan mampu menutupi bintik-bintik hitam kelam yang menyelimuti jiwa dan dirinya di masa lalu. Demikianlah syarat-syarat taubat nasuha; jika kesalahannya terkait dengan hak orang lain seperti hutang piutang atau pencemaran nama baik, maka ia mesti megembalikan hak itu.
Jangan pernah berfikir atau berperasaan apalagi berprasangka buruk kepada Allah, bahwa Allah tidak memaafkan dosa-dosa seseorang yang dilakukannya sejak lama dan begitu besar dosa dan kesalahannya; tidak…. Tidak boleh; sebab Allah SWT yang Rahman dan yang Rahim menegaskan, bahwa sebesar apapun dosa dan kesalahan seseorang tetap akan diampuni dan diterima taubatnya, namun ia memenuhi syarat-syarat taubat sebagaimana dijelaskan di atas : Penyesalan, segera meninggalkan dan tidak akan kembali berbuat hal yang sama, hiasi diri dengan perbuatan yang baik, serta mengembalikan hak rang lain jika kesalahannya terkait dengan hak-hak tersebut.