DepokNews–Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Gampong Gunong Pulo, Kabupaten Aceh Barat, berlangsung khidmat sekaligus meriah pada Sabtu, 13 September 2025. Tradisi keagamaan yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Aceh tersebut kembali menjadi momentum kebersamaan dan refleksi spiritual bagi warga setempat. Kegiatan ini menampilkan ragam prosesi khas daerah yang dipadukan dengan nilai-nilai religius, menjadikannya ruang penguatan identitas budaya sekaligus media syiar Islam yang berkelanjutan.
Rangkaian acara Maulid di Gunong Pulo tersebut melibatkan empat gampong lain, seperti Karang Hampa, Peulanteu, Ujong Simpang, dan Alue Batee. Rangkaian acara tersebut mencakup zikir dan doa bersama, salawat, lantunan barzanji, hingga tradisi kenduri. Momentum ini tidak hanya dimaknai sebagai peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga sebagai sarana mempererat ukhuwah islamiyah antar masyarakat gampong. Keterlibatan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari tokoh agama, pemuda, hingga seluruh elemen masyarakat, menunjukkan betapa tradisi keagamaan di Aceh tetap terjaga melalui partisipasi kolektif yang inklusif.
Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (TEP UI) turut hadir dan berpartisipasi dalam perayaan Maulid tersebut. TEP UI berkesempatan untuk terlibat dalam persiapan pembuatan pending dan sangeh (tempat meletakkan jamuan kenduri) di kediaman Keuchik Gunong Pulo. Kehadiran tim bukan hanya sebagai tamu, melainkan juga sebagai bagian dari upaya pembelajaran lapangan mengenai praktik budaya dan kearifan lokal masyarakat transmigrasi dan pedesaan, khususnya di Aceh Barat. Pengalaman ini memberikan wawasan dan kesan yang mendalam mengenai keberlangsungan tradisi keagamaan yang dapat menjadi fondasi kohesi sosial serta instrumen edukatif yang memperkuat solidaritas komunitas.
Dengan terselenggaranya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Gampong Gunong Pulo, terlihat jelas bahwa tradisi keagamaan lokal tetap memiliki relevansi signifikan dalam membangun kebersamaan masyarakat. Perpaduan antara nilai religius, kearifan lokal, dan keterlibatan generasi muda menjadi modal penting dalam melestarikan budaya sekaligus menjaga harmoni sosial. Perayaan ini tidak hanya meneguhkan identitas keislaman masyarakat Aceh, tetapi juga memperlihatkan peran tradisi sebagai sarana penghubung lintas generasi dan lintas komunitas.







