DepokNews- Universitas Indonesia (UI) berkomitmen untuk berperan dalam mengatasi permasalahan bangsa. Salah satunya dengan meningkatkan riset dan inovasi sehingga permasalahan bangsa bisa teratasi.
“UI perlu meningkatkan kualitas SDM yang handal. Untuk mampu keluar sebagai bangsa pemenang maka UI dan penelitinya harus mampu meningkatkan kapabilitas penelitian dan inovasi,” kata Rektor UI Muhammad Anis saat upacara wisuda di Balairung UI, Depok, Minggu (5/2).
Dikatakan bahwa saat ini riset UI konsisten berangka dari kebutuhan masyarakat. Sehingga output-nya bisa memberikan solusi pada tantangn bangsa dan global. Diyakini, kata Anis, UI mampu memberikan solusi bagi permasalahan dan tantangan yang dihadapi masyarakat.
“Inovasi yang sudah dikerjakan misalnya mobil listrik, inkubator bayi rumahan dan kapal pelat datar,” tandasnya.
Untuk riset, UI sudah melakukan penelitian sel punca (steam cell), penyakit infeksi negara tropis, teknologi nano, sensor bio dan kimiawi. Kemudian juga soal perubahan iklim, pencarin dan pemanfaatan energi terbarukan.
“Serta berbagai aplikasi ICT yang bermanfaat bagi kehidupn sehari-hari,” ungkapnya.
Kali ini sebanyak 4.204 wisudawan UI mengikuti Upacara Wisuda Program Vokasi, Sarjana, Magister, Profesi, Spesialis dan Doktor semester Gasal Tahun Akademik 2016/2017. Tidak kurang dari 730 wisudawan berhasil lulus dengan predikat cumlaude. Upacara wisuda kali ini bersamaan dengan peringatan Dies Natalis UI ke-67 UI yang diisi dengan Orasi Ilmiah oleh Wisnu Jatmiko berjudul “Globalisasi dan Integrasi dalam Meningkatkan Budaya Riset di Universitas Indonesia untuk Kemajuan Bangsa Indonesia.”
Dalam orasinya, Wisnu menyampaikan bahwa Indonesia memiliki sumber kekuatan riset melalui sumber daya. Jumlah penduduk melimpah menjadi modal berharga pelaku riset nasional. Kegiatan riset dapat digiatkan melalui perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Mahasiswa, dosen, dan peneliti menjadi pionir riset. Akan tetapi, beberapa kendala dihadapi Indonesia diantaranya belum seimbangnya kegiatan pengajaran dan riset di perguruan tinggi, dana riset yang terbatas, serta infrastruktur riset yang belum memadai. Keadaan tersebut tidak serta merta menyurutkan semangat riset Indonesia karena beberapa peluang juga dimiliki. Peluang integrasi baik antardisiplin ilmu di perguruan tinggi serta integrasi ABG-C (academic, bussiness, goverment, dam community) memungkinkan riset berkembang maksimal.
“Salah satu riset yang sedang dikembangkan yaitu riset telehealth yang dilakukan Fasilkom UI bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran, fakultas-fakultas lain di UI serta universitas di luar negeri. Riset tersebut diharapkan dapat menuju arah inovasi dalam wadah konsorsium. Oleh karenanya, globalisasi dan integrasi yang dilakukan dapat menghasilkan riset berkelas demi kemajuan bangsa Indonesia,” pungkas Wisnu.(mia)