DepokNews — Walikota Depok, Mohammad Idris tak kuat menahan air mata saat mengingat kisah masa lalu. Dirinya teringat akan perjuangan dan kasih sayang dari Sang Baba Abdul Somad.
Idris mengulas saat masa kecil, dimana dirinya harus kehilangan Emak (Ibu). Tetapi Baba dan kakaknya selalu mendukung dan memberikan perhatiannya kepada Alumni Gontor tersebut.
“Jujur, saya itu bukan terlahir dari keluarga yang kaya. Baba saya seorang pedagang di Stasiun Manggarai, dan Emak juga sempat menjadi tukang cuci orang Belanda,” ujar Idris dalam kegiatan bedah buku “Mohammad Idris-Penantian Tiada Henti”, di Masjid As-Salam, Komp. Departemen Penerangan jl. gas alam kel. Sukatani, kec. Tapos, Minggu (4/6/2017).
Selepas itu, talenta Wali Kota Depok sangat kuat di bidang agama. Sampai pada akhirnya ia memilih untuk masuk pesantren. Akan tetapi, banyak perdebatan,Ketika pak idris ke gontor tidak serta merta berjalan mulus. Namun berkat dukungan dari Encangnya, akhirnya ia bisa mematahkan sebuah tradisi ‘betawi’ yang disebut dengan betah di wilayah.
Melalui perjuangan yang tiada henti, Mohammad Idris mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S-3 seperti yang diinginkan ayahnya. Peran keluarga memang sangat penting untuk mewujudkan cita-cita, bahkan keluarga pula yang menjadi bekal bagi Mohammad Idris untuk mengabdi sebagai Wali Kota Depok.
“Semua ini tidak terlepas daru didikan Baba saya, yang mengajarkan kedisiplinan, sehingga dapat mengantarkan saya sampai S3. Saya ingat dulu Baba sempat membuatkan teks doa dan pidato untuk saya hapalkan dan maju ke atas pentas,” tambahnya.
Sebab, sejak kecil Baba mengajarkan saya untuk belajar ilmu agama, dan keberanian untuk menyampaikannya, lanjutnya.
“Hingga akhirnya, Baba wafat saat saya pergi ke Saudi Arabia. Namun, saya bisa bertemu untuk yanh terakhir kali dengan beliau karena keberangkatan pesawat ke Saudi tertunda,” tutupnya menghapus air mata. (Meida).
Facebook Comments Box