DepokNews–Masyarakat di RW 15 Kelurahan Kemirimuka, Kecamataj Beji masih melakukan tradisi membangunkan sahur dengan mengarak beduk keliling kampung.
Bahkan mereka yang terdiri dari pengurus Karang Taruna RW 15 dan pengurus Majelis Taklim Muhtadin mengarak beduk keliling kampung dimeriahkan dengan ondel-ondel.
Ketua Karang Taruna RW 15 Kelurahan Kemirimuka, Herman kepada wartawan pada Senin (27/5) dinihari mengatakan di lingkungannya masih melakukan tradisi membangunkan sahur dengan mengarak bedug keliling kampung.
“Kegiatan membangunkan sahur dengan mengarak beduk di lingkungan kita ini masih menjadi tradisi dan anak-anak tetap semangat melaksanakannya”katanya.
Dia mengatakan kegiatan ini memang dilakukan di wilayah Jakarta sebagai tradisi seperti di kawasan Joglo, Condet, Buncit hingga daerah Tangerang menyebut tradisi ini dengan nama Ngarak Beduk.
Adapun orang-orang Betawi yang tinggal di Jakarta Timur seperti Bekasi sering menyebutnya dengan Beduk Sahur.
Tradisi Ngarak Beduk atau Beduk Saur telah ada sejak ratusan tahun yang lalu di Betawi.
Itu karena Jakarta di masa lalu masih terdiri dari hutan dan rawa-rawa. Jadi, untuk membangunkan sahur, orang-orang Betawi mengandalkan suara beduk.
Ketika budaya Betawi mulai dipengaruhi oleh budaya Tiongkok, orang Betawi menggunakan petasan.
Suara keras yang ditimbulkan petasan dapat membuat orang terkejut dan akhirnya bangun.
Alasan inilah yang kemudian digunakan untuk membangunkan orang sahur saat Ramadan.
Tetapi, memasuki abad ke-19, tradisi membangunkan orang menggunakan petasan tidak lagi dipergunakan.
Orang lebih memilih menggunakan alat musik tradisional.
Rebana, genta, genjring, dan gendang dipilih dan dikombinasikan. Suara yang dihasilkan dari alat musik itu terkadang disertai dengan pembacaan puisi atau lagu Betawi.
Biasanya jumlah peserta dalam tradisi ini mencapai puluhan orang.
Mereka memiliki tugas tersendiri. Beberapa orang menarik gerobak berisi beduk.
Beberapa lainnya memukul beduk dan membunyikan genta, rebana dan genjring. Sementara itu beberapa orang besar bernyanyi lagu-lagu Betawi untuk membangunkan orang.
Herman mengatakan adanya kegiatan membangunkan sahur mengarak beduk mendapatkan apresiasi, bahkan warga mengucapkan terima kasih atas kegiatan ini.
Kegiatan mengarak beduk membantu warga saat menanti sahur termasuk kaum ibu-ibu yang hendak mempersiapkan menu makanan sahur bagi keluarganya yang menjalankan ibadah puasa.
Mengarak beduk berakhir di ujung bulan Ramadan, dimana koordinator pelaksana ngarak beduk keliling ke rumah rumah warga untuk bantuan berupa dana seiklasnya.
Dana itu nantinya akan diberikan sebagai upah para remaja yang telah membantu pelaksanaan kegiatan pengarakan bedug sahur keliling tersebut selama satu bulan.
Dan pembagiannya relatif dilihat berapa hari remaja ini keliling dan dilihat dari absesi masing-masing anak yang mengarak bedug sahur keliling selama bulan Ramadan.
Herman berharap kegiatan mengarak bedug ini bisa bertahan, karena kegiatan ini merupakan salah satu tradisi warga Betawi dan sekitarnya termasuk di Kota Depok