DepokNews- Indonesia termasuk salah satu negara rawan bencana. Oleh karenanya diperlukan langkah strategis guna mengurangi resiko bencana yang bisa kapan saja terjadi.
“Indonesia sangat rawan bencana. Indikatornya adalah frekuensi intensitas bencana meningkat. Tahun 2016 ada 2.384 bencana dan 3 juta orang terdampak,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Laksda (Purnawiran), Willem Rampangilei usai menggelar Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan (PIT – RB) ke-4 tahun 2017 di Balairung, Universitas Indonesia (UI) Depok, Senin (8/5).
Dalam forum ini terungkap ancaman bencana yang terjadi di Indonesia. Disebutkan saat bencana tahun 2016, jumlah korban jiwa mencapai 521 orang. Indikator kedua bahwa Indonesia rawan bencana adalah ada jutaan masyarakat tinggal di daerah rawan bencana.
“Tahun ini saja sudah terjadi seribu bencana, yang meningal 160-an orang, termasuk yang hilang kemudian satu juta lebih mengungsi,” tukasnya.
Oleh karenanya kata dia sangat diperlukan forum untuk dilakukan Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan. Dengan pertemuan ini, pihaknya berharap peran masyarakat dalam menanggulangi resiko bencana dapat lebih ditingkatkan.
“Multi stakeholder, tidak mungkin hanya pemerintah yang melakukan panggulangan bencana. Perlu ada peran masyarakat. Kita belajar dari bencana-bencana yang terjadi. Perlu diketahui, 35 persen orang selamat bencana karena kapasitas individunya. Jadi konsep penanggulangan bencana harus berbasis pada masyarakat,” tutupnya.(mia)