Cegah Disinformasi Pemilu 2024, Japelidi Gelar Workshop

depoknews-Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Konsulat Jendral Kedutaan Besar Amerika Serikat Surabaya menggelar workshop bertajuk “Building Youth Resilience and Participant during The Political Year”. Sasarannya sebanyak 500 pemilih muda usia 17-20 tahun di 8 kota di Indonesia.
Seri keempat workshop ini, bertempat di Kampus FTI Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, yang menghadirkan fasilitator Rini Darmastuti (UKSW), Lintang Ratri Rahmiaji (Undip), Liliek Budiastuti Wiratmo (Undip), Ade Irma Sukmawati (UTY), Indah Wenerda (UAD) dan Desy Erika (Stikom Semarang).
“Workshop kali ini, peserta yang hadir berasal dari berbagai perguruan tinggi di Semarang, Salatiga, Boyolali, dan Yogyakarta antara lain Universitas Diponegoro, Universitas Islam Sultan Agung, Stikom Semarang, Universitas Boyolali, Universitas Teknologi Yogyakarta dan Universitas Kristen Satya Wacana,” kata Kordinator Media Program Workshop, Devie Rahmawati, Selasa (28/3/2023).
Acara ini digagas karena disinformasi atau hoax menjelang pemilu di internet cukup tinggi. Sehingga perlu mengajak pemilih muda agar kritis, cerdas, dan tangguh memerangi disinformasi. “Untuk itu, program ini mengusung tagline ‘Yang Muda, Yang Cerdas Memilih’,” kata Project Manager kegiatan, Ni Made Ras Amanda.
Kordinator Japelidi, Novi Kurnia menuturkan, pemilih pemula memiliki modal besar untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu. Harapannya para pemuda tidak hanya pasif, tapi juga bisa menggunakan kemampuan kritis. “Selain itu juga diharapkan mereka menjadi produktif dalam bermedia digital sehingga mereka bisa berpartisipasi aktif dalam demokrasi di Indonesia,” katanya.
Sepanjang setengah hari peserta workshop diajak memahami empat topik utama, yaitu bagaimana menghadapi misinformasi, memilih sumber informasi yang valid, memilih media yang dapat dipercaya, melaporkan konten negatif, dan ditutup dengan materi untuk membuat konten positif di Internet. Dalam workshop ini, berhasil diproduksi 10 media pembelajaran video sehingga diharapkan mampu memperkaya kuantitas dan kualitas konten positif di media digital, khususnya yang ditujukan untuk sosialisasi pada pemilih muda.
“Upaya mendorong produksi konten video literasi adalah counter produktif kritis terhadap konten-konten negatif sekaligus upaya partisipatif edukasi terhadap hoaks politik. Saat ini kita memasuki era prosumer, alih-alih ketakutan menghadapi banjir konten negatif, lebih baik fokus pada produksi konten positif, semoga dapat lebih efektif jika datang dari yang muda kepada yang muda,” kata salah satu fasilitator, Lintang Ratri.