Oleh : Firdaus Bayu (Aktifis Remaja Masjid Jombang)
Alhamdulillah, ramadhan telah kita masuki beberapa hari dan hingga saat ini kita masih berkesempatan untuk menjalaninya, berpuasa di siang hari dan menghidupkan malam-malamnya dengan shalat tarawih serta qiyamul lail. Sungguh ini merupakan nikmat agung yang sudah sepatutnya kita syukuri. Semoga kita senantiasa istiqomah memanfaatkan kesempatan ini dan mendapat keberkahan di dalamnya hingga akhir waktu nanti. Perlu kita tahu, tak semua orang mampu berbuat istiqomah. Tak sedikit orang yang lalai dan berkurang semangatnya tatkala ia sudah berada di tengah ramadhan. Semangatnya yang menggebu di hari pertama, perlahan tergerus oleh nikmat dunia. Dunia yang terbukti melenakan secara perlahan lalu berhasil membuat kita terbuai melewatkan kesempatan.
Karena itu, penting bagi kita kiranya untuk merenungi do’a Nabi Muhammad saw. berikut, “Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu.” (HR. At-Tirmdizi). Do’a tersebut tentu memberi isyarat kepada kita bahwa adakalanya hati manusia itu terbolak-balik. Adakalanya dia bersemangat dalam ibadah, ada masanya pula ia lalai dan berbuat maksiat. Sungguh beruntung bagi mereka yang mampu menguasai hati dari nafsu yang menjerumuskan, sehingga dapat tetap mengendalikan diri dalam semangat ibadah senyampang ramadhan masih tersisa. Tentu berbeda dari mereka yang cenderung tak mampu mengalahkan hawa nafsu. Kesempatan ramadhan yang ada bisa hilang begitu saja tanpa ukiran ibadah-ibadah agung di dalamnya. Maka, patut kita kembali mengingat bahwa menjumpai ramadhan ini adalah sebuah nikmat dan kesempatan besar bagi kita.
Memandang hari-hari yang ada sebagai sebuah kesempatan bukanlah hal mudah. Hanya orang-orang yang sanggup membuka hatinya secara jernih dengan rasa syukur dan sabarlah yang mampu menemukannya. Meski terlihat mudah, kenyataannya tidak semua orang sanggup merasakannya. Jika hari pertama puasa bisa disebut sebagai pencetus semangat seseorang untuk beribadah, maka pertengahannya boleh dibilang sebagai tempat istirahat bagi orang-orang yang kelelahan. Lalu, bermalas-malasan menjadi aktifitas andalan. Ibadah tak lagi dihiraukan. Hal ini dapat kita perhatikan dari jumlah jamaah shalat subuh dan tarawih yang kian berkurang dari hari ke hari, atau sepinya majlis taklim dari masa ke masa. Sungguh, melemahnya semangat ibadah di sisa-sisa ramadhan merupakan kemunduran berpikir. Maka sekali lagi patut kita ingat kembali, bahwa bulan ramadhan adalah bulan mulia yang pahala manusia akan dilipat gandakan di dalamnya. Bulan ramadhan juga lazim disebut sebagai bulan ampunan bagi manusia. Jadi marilah kita gunakan setiap kesempatan yang ada, mumpung ramadhan ini belum berakhir.
Rasulullah saw. bersabda, “Kalau hamba-hamba Allah swt. mengetahui balasan dan keutamaan ramadhan, maka umatku pasti akan berharap agar sepanjang tahun menjadi ramadhan.” (HR.Tabrani, Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi). Hadits tersebut memberikan pelajaran kepada kita betapa keutamaan ramadhan itu sungguh besar. Sehingga jika saja kita mengetahuinya, tentu kita akan berharap agar sepanjang tahun menjadi ramadhan. Sekarang, perlu kita tanyakan pada diri sendiri, maukah kita seandainya sepanjang tahun akan benar-benar dijadikan ramadhan? Artinya, sepanjang tahun tidak makan dan minum di siang hari dan harus pula kuat menahan syahwat. Jika kita merasa berat, mungkin memang kita belum menyadari betul kemuliaan yang terkandung di dalamnya. Semoga kita sanggup memanfaatkan kesempatan yang tersisa. Aamiin.