Japelidi dan Konjen Kedubes AS Surabaya Ajak Pemilih Muda Perangi Disinformasi di Tahun Pemilu

Jaringan Pegiat Literasi Digital Indonesia (Japelidi) bekerjasama dengan Konsulat Jendral Kedutaan Besar Amerika Serikat Surabaya menggagas workshop bertajuk ‘Building Youth Resilience and Participant during The Political Year’. Hadir sebagai narasumber yaitu Novi Kurnia, Mario Antonius Birowo, Riski Damastuti, Gilang Jiwana Adikara, Yanti Dwi Astuti, dan Mohammad Solihin. 

Peserta yang disasar sebanyak 500 pemilih muda usia 17-20 tahun di 9 kota di Indonesia. Yogyakarta adalah lokasi kedua rangkaian workshop ini. Sebelumnya kegiatan ini sudah dilaksanakan di Denpasar dan akan dilanjutkan ke kota lain termasuk Malang, Surabaya, Makassar, Semarang, Padang, Manado, dan Salatiga.

Koordinator Japelidi Novi Kurnia mengatakan, pemilih pemula memiliki modal besar untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu. Tidak hanya dalam hal menggunakan hak pilih, melainkan juga dalam mengawal proses politik terutama melalui media digital. Untuk bisa mengoptimalkan potensi itu, maka resiliensi dan kemampuan generasi muda untuk kritis terhadap informasi di Internet perlu terus diasah. 

“Harapannya para pemuda tidak hanya pasif, tapi juga bisa menggunakan kemampuan kritis dan produktif dalam bermedia digital sehingga mereka bisa berpartisipasi aktif dalam demokrasi di Indonesia,” katanya, Senin (13/3/2023).

Project Manager Ni Made Ras Amanda G. menjelaskan disinformasi atau hoax menjelang pemilu di internet cukup tinggi, sehingga perlu mengajak pemilih muda agar kritis, cerdas, dan tangguh memerangi disinformasi.  “Untuk itu, program ini mengusung tagline ‘Yang Muda, Yang Cerdas Memilih’,” katanya.

Kordinator Media Program, Devie Rahmawati menuturkan, dari penelitian Weeks & Holbert (2013), sebuah informasi yang viral entah itu berita atau hoaks tergantung apakah sebuah informasi menarik perhatian atau merangsang emosi netijen. Anak anak muda ialah individu yang justru sangat sensitif terhadap informasi yang ‘emosional’. 

“Ditambah penelitian lain menunjukkan bahwa anak anak muda justru generasi yang menghindari pemberitaan news avoiders, sehingga membuat mereka semakin tidak memiliki kepekaan dan kebiasaan untuk memilah mana informasi atau berita yang hoaks atau tidak,” katanya.

Program literasi digital yang digagas Japelidi dan Konsulat Jendral Kedutaan Besar Amerika Serikat Surabaya ini diisi dengan sosialisasi dan media pembelajaran video kepada pemilih muda. Metode tersebut dianggap sesuai dengan karakter anak muda, sehingga mudah dipahami dan diterima oleh pemilih muda.

Kolaborasi antara Japelidi dan Konsulat Jendral Kedutaan Besar Amerika Serikat Surabaya ini adalah progam lanjutan. Tahun 2022 lalu kolaborasi ini sudah menyelesaikan kegiatan ‘Penguatan Literasi Digital Bagi Kaum Muda di Indonesia Timur’ yang juga berupaya menyiapkan anak muda memerangi disinformasi. Japelidi sendiri telah hadir dengan beragam kegiatan untuk meningkatkan kompetensi literasi digital masyarakat sejak tahun 2017. Sejumlah akademisi dari 81 perguruan tinggi di 31 wilayah Indonesia tergabung dalam Japelidi