DepokNews–Ada yang berbeda dari acara sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Gedung Balaikota Depok (16/2). Sekitar 400 anggota Karang Taruna se-Kota Depok dan kaum muda dari berbagai organisasi berkumpul dan berdialog. Mereka mendengarkan paparan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid tentang pentingnya sikap proaktif mencari dan menggali nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Generasi muda harus mengerti, memahami dan mengamalkan ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Bukan malah tak peduli terhadap nilai-nilai luhur bangsa, dan mengambil paham-paham dari luar yang belum tentu sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
“Di era informasi dan keterbukaan seperti sekarang ini sangat mudah mencari dan mempelajari nalai-nilai yang ada di dalam Pancasila. Jangan cuek, atau menyalahkan orang lain, mengapa kita tidak mengenal Pancasila?,” kata Hidayat menjawab pertanyaan salah seorang peserta, pengurus Karang Taruna tingkat Kelurahan Abadijaya, Depok.
Ikut hadir pada acara tersebut Wali Kota Depok Muhammad Idris, dan Wakil Ketua Karang Taruna Jawa Barat Imam Budi Hartono. Wali Kota Muhammad Idris didaulat sebagai Bapak Karang Taruna Kota Depok. “Karang Taruna merupakan salah satu organisasi pemuda yang dibina pemerintah karena sifatnya sukarela. Sejak lama saya menaruh perhatian khusus kepada aktivis pemuda yang siap berkontribusi dalam pembangunan kota hingga pelosok kelurahan,” ujar Idris sambil mengenakan jaket Karang Taruna yang diberikan Imam Budi.
Sosialisasi Empat Pilar tak hanya berisi paparan, melainkan juga diskusi dipandu oleh Sapto Waluyo, Tenaga Ahli Pimpinan MPR RI. Ada peserta yang mengaku tidak begitu paham dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Bahkan menurutnya, banyak generasi milenial seusianya yang tidak memahami apa itu Pancasila. Padahal, Hidayat dalam pemaparannya mengatakan MPR sudah banyak melakukan sosialisasi diberbagai kalangan. Termasuk remaja dan anak-anak sekolah.
Hidayat menegaskan, lahirnya Indonesia tak lepas dari jasa dan pengorbanan para pejuang serta ulama. Para ulama mau mengalah, tidak mendahulukan egonya, semata-mata agar Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 bisa tetap berdiri. Karena itu, selain jas merah (jangan melupakan sejarah) generasi muda harus ingat pada jas hijau (jangan melupakan jasa ulama).
Semangat itu harus diwarisi oleh kaum muda, terlebih lagi Karang Taruna yang berada di garis depan dalam pemberdayaan masyarakat. “Pemahaman tentang sejarah bangsa akan memantapkan karakter kaum muda. Ditambah dengan keterampilan dan keahlian di berbagai bidang, maka itu merupakan modal utama kemajuan bangsa,” simpul Sapto Waluyo yang juga berperan sebagai Pembina Relawan TIK Kota Depok. []