Nur Azizah Salurkan Bantuan Sanitasi Kemenag Untuk Pesantren Yatim Dhuafa di Depok

Depok – Anggota Komisi VIII DPR RI Hj. Nur Azizah Tamhid, B.A.,M.A. Salurkan Bantuan Perbaikan Sanitasi dari Kemenag RI untuk pesantren Yatim dan Dhuafa Sirojul Qur’an, di Tapos, Depok. Bantuan sanitasi senilai 100 juta rupiah ini di alokasikan untuk membangun sarana toilet bersih bagi para santri.

Nur Azizah menuturkan, kebersihan toilet di setiap pondok pesantren itu penting. Selain untuk menjamin kebersihan dan kesehatan, para santri dengan menunjang fasilitas toilet bersih, karena dalam Islam kebersihan itu juga merupakan sebagian dari iman. “Jadi tollet yang bersih merupakan cerminan yang baik juga untuk umat Islam”, kata Nur Azizah.

Sebagai lulusan pondok pesantren, Nur Azizah sangat mendukung kemajuan para santri. Dan untuk mendukung itu, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk pembelajaran para santri di pondok ini. Menurut Nur Azizah, selain dibekali ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, para santri juga harus di didik untuk hidup dengan mandiri, diberi bekal pendalaman skil kejuruan, seperti memasak, menjahit, otomotif dan lain sebagainya, sehingga selepas lulus dari pondok juga dapat menunjang kemandirian perekonomiannya kelak.

Pada kesempatan ini, M. Mukarom S.Pd.I, selaku pengelolala Yayasan Sirojul Qur’a, sekaligus Kepala Sekolah SMP Islam Nurul Qur’an. Mengucapkan terimakasih atas perhatian Nur Azizah. Melalui advokasi Nur Azizah, Pondok Pesantren Sirajul Qur’an mendapat kesempatan untuk membangunkan sarana sanitasi toilet yang layak untuk para santri.

“Terimakasih kepada ibu. Tentu ibu Nur sudah melihat secara jelas bahwa pesantren kami ini masih pesantren kecil, sedang dalam proses perkembangan. Warga belajar yang kami asuh di pondok ada 80 santri termasuk ikhwan dan akhwat. Dari 80 santri berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari Bekasi, Karawang, Bogor dan juga dari lingkungan kota Depok termasuk Tapos dan Cimanggis”, jelas Mukarom.

Ia menambahkan bahwa keseluruhan anak-anak yang diasuh di pesantren ini merupakan anak-anak yatim, yatim-piatu dan dhuafa. “Berawal itu bagaimana kita ingin bisa membantu dan berbagi, sekalipun kita secara materi tidak mampu. Tetapi secara moril dengan ikhtiar, perjuangan kita semampu dan sebisa kita. Agar anak-anak didik kami ini bisa belajar ngaji, dan bisa sekolah”, imbuhnya.

Adapun jumlah keseluruhan siswa dan santri, ada 150 orang. Yang 80% diantaranya tidak dipungut biaya iuran bulanan sekolah. “Bagi mereka siswa yang mampu kita mintakan iuran, cuma kita tidak memaksa sifatnya. Seandainya memang orangtuanya ada biaya ya silahkan. Tidak ada pun tidak apa-apa. Yang terpenting anak-anak yang kami didik di sini bisa tetap belajar, bisa mengemban ilmu agama dari dasar. Kami para asatidz berusaha mengajarkan pengetahuan umum dengan sekemampuan kami. Dan susah senang bersama-sama”, papar Mukarom.

Pada kesempatan ini Mukarom turut menyampaikan aspirasinya. Ia berharap pemerintah melalui Kementerian dan melalui tangan-tangan para pemangku kebijakan dapat lebih memperhatikan sekolah-sekolah dan pesantren yang merawat siswa yatim dan dhuafa. Lebih memperhatikan kesejahteraan anak-anak ini, karena pada dasarnya mereka juga memiliki hak yang sama di negeri ini.

“Kami minta untuk lebih ditingkatkan kembali kesejahteraan kami, terutama untuk anak-anak yatim dan dhuafa. Kalau bukan kita siapa lagi, yang memulai untuk mengayomi mereka. Saya yakin, kita semua adalah orang-orang yang memiliki potensi yang luar biasa. Baik secara keilmuan, tapi juga potensi yang Allah berikan berupa rizki berlebih, serta amanah jabatan yang kelak akan Allah tanya. Darimana kita dapat, bagaimana kita kelola. Itu semua pasti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT”, paparnya.

Mewakili para santri dan para asatidz Mukarom memyampaikan harapannya, “Yang kami rasakan dari segi logistik saja kadang-kadang kami kebingunan dapat dari mana. Namun dengan ikhtiar kami sebisa kami, kita berusaha untuk mengajak para donatur sebisa kita. Karena yang namanya sedekah, itu tidak paksaan, tapi sifatnya mengingatkan”, pungkas Mukarom