DepokNews — Hari ini, Rabu (24/1/2018) Universitas Gunadarma menggelar sidang terbuka promosi Doktor Teknologi Informasi. Sidang yang digelar di Kampus D Jalan Margonda Depok dengan dua sesi untuk dua mahasiswa program doktor berlangsung hikmat dan lancar meski suasana duka cita mewarnai suasana sidang tersebut.
Rasa duka cita tersebut karena Profesor Doktor Djati Kerami, salah satu dosen Universitas Gunadarma yang sekaligus menjadi Promotor Promovendus Andreas Hadiyono dan menjadi Ko Promotor Promovenda Mariliza Ganefi Gumay wafat pada Rabu (24/1/2018) pukul 5 pagi bersamaan hari digelarnya sidang terbuka promosi doktor untuk dua mahasiswa yang dibimbingnya tersebut, dimana Profesor Doktor Djati harusnya juga menjadi salah satu pengujinya.
Rektor Universitas Gunadarma, Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM yang memimpin sidang terbuka tersebut, dengan suara terbata-bata karena rasa dukanya yang mendalam mengajak seluruh hadirin membaca surat Al Fatihah dan mendokan Alhamrhum Profesor Doktor Djati Kerami supaya mendapat ampunan Allah SWT dan ditempatkan ditempat yang mulia serta keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran.
“Bagi hadirin yang beragama Islam, saya mohon keikhlasannya mari bersama-sama membaca surat Al Fatihah, semoga Alhamrhum Profesor Doktor Djati Kerami damai disisiNya,” pinta Prof. Dr. E.S. Margianti.
Prof. Dr. E.S. Margianti juga mengatakan, kemarin malam ia dan Profesor Doktor Djati Kerami masih sama-sama merasakan adanya gempa. “Kemarin malam kami masih sama-sama merasakan genmpa, namun takdir, tadi pagi beliau wafat dan sudah damai di sisiNya,” tambah Prof. Dr. E.S. Margianti.
Pada sidang terbuka sesi pertama, Mariliza Ganefi Gumay sebagai promovenda berhasil mempertahankan desertasinya yang berjudul “METODE TRANFORMASI USER PREFERENCES KE USER INTERFACE DESCRIPTION UNTUK MEMBANGUN ADAPTIVE OPAC,” dan dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Mariliza merasa bersyukur perjuangannya untuk meraih gelar doktor bisa tercapai. “Alhamdulillah saya bersyukur, menjadi seorang doktor kuwajiban seorang dosen,” katanya.
Menurut Mariliza yang menyandang gelar doktor pada usia 54 tahun, keberhasilannya tersebut didorong oleh niat yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya.
“Kita harus punya niat yang kuat dan fokus. Ketika jenuh dalam melakukan penelitian, dilalihkan dulu terus nanti kembali lagi,” tambahnya.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Mariliza untuk meraih gelar doktor terserbut terkait aplikasi untuk memudahkan masyarakat dalam mencari katalog buku pada suatu perpustakaan dan mengetahui buku yang dicarinya sedang ada yang meminjam atau berada pada perpustakaan tersebut.
“Dengan adanya perkembangan teknologi, kita kalau mau melihat koleksi sebuah perpustakaan, bisa dilakukan melalui internet, bahkan kita bisa mengetahui apakah buku yang kita cari ada, apakah buku tersebut sedang dipinjam, koleksi apa saja, mulai dari buku, jurnal, tesis, desertasi dan sebagainya,” pungkasnya.