DepokNews — Pembelajaran adalah suatu hal yang patut untuk di terapkan pada setiap individu, pembelajaran dapat di bedakan menjadi dua hal pembelajaran formal dan informal. Pembelajaran formal adalah Jalur pendidikan yang mempunyai jenjang pendidikan jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi dan pembelajaran informal adalah pembelajaran yang berjenjang yang didapatkan dari struktur organisasi,lingkungan dan masih banyak hal lain.
Pembelajaran formal di jenjang perguruan tinggi di mata orang adalah tipe pembelajaran yang ‘kaku’. Dimana pengajar dan mahasiswa memiliki batasan dalam menyampaikan ilmu,pendapat dan lain hal. Padahal tidak semua mahasiswa akan nyaman dengan cara pembelajaran seperti ini dan tidak semua pengajar hanya ingin selalu menyampaikan apa yang dia tahu saja karena ilmu pengetahuan adalah ilmu yang terus menerus berkembang dan setiap saat selalu ada pembaharuan-pembaharuan.
Saat ini cara pembelajaran di setiap universitas berbeda-beda, setiap pengajar pun memiliki cara penyampaian materi sendiri. Risetdikti memberikan suatu program pembelajaran dengan Student Learning Center yang harus di terapkan di univesitas-universitas di Indonesia.
Seperti yang di ungkapkan Indra Jaya, selaku pengajar Universitas Negeri Jakarta,”Saya menerapkan pembelajaran dua arah di mata kuliah yang saya sampaikan, saya juga ingin belajar dari mahasiswa saya, saya kasih mereka suatu kasus dan mereka diskusi lalu presentasikan. Itu lebih efektif untuk saya pribadi. Selain itu, jika di luar kelas mereka ingin berdiskusi dengan saya,pasti saya mau. Disitu ruang mereka untuk mengutarakan hal-hal yang ingin disampaikan,”
Menurut Billy Surya (21) Mahasiswa jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma, “Pembelajaran formal yang efektif adalah tetap pengajar sebagai pacuan utama untuk mendapatkan ilmu karena pasti pengajar lebih memiliki ilmu yang lebih di bandingkan kami, tetapi pengajar juga dapat membuka kesempatan kami para mahasiswanya untuk menyampaikan pendapat dan hal-hal baru yang kami temukan di internet,”
Berbeda cerita dengan Elfrida Natania Agnesia (20), Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Jakarta mengatakan,”Pembelajaran formal yang efektif menurut saya di mana mahasiswanya berperan aktif dibandingkan pengajarnya, tetapi bukan berarti pengajar tidak memiliki peran sedikitpun. Pengajar tetap mendampingi kami, memberikan landasan materi,memberikan kami ruang berbicara aktif menyampaikan pendapat dan menyampaikan hal-hal baru yang kami dapatkan,”
Perbedaan keinginan antara pengajar dan mahasiswa memang terkadang berbeda, karena cara setiap orang menerima dan menangkap suatu pembelajaran tidaklah sama. Setiap pengajar dan mahasiswa pasti berusaha untuk mendapatkan ilmu yang terbaik dari berbagai pembelajaran.
Sebagai pengajar di Politeknik Negeri Jakarta,Susilawati Thabrany memiliki beberapa cara dalam mengajar, “kalau yang saya terapkan, saya menjalankan konsep SCL atau Student Center Learning, dimana pengajar bukan segala-galanya, saya menempatkan diri bahwa pada saat saya mengajar berarti saya belajar, sehingga saya sangat membuka kesempatan mahasiswa untuk open ke saya, ,kalau perlu saya kasih kesempatan mahasiswa untuk mengkritik, dan yang terakhir adalah mahasiswa sering saya kasih mereka prakterk-praktek dan di kemukakan dalam bentuk presentasi di kelas, karena kalau tidak di paksa mereka tidak akan berani ngomong dan dengan cara itu menurut saya berharap pembelajaran akan terasa dinamis antara saya dan mahasiswa saya,” tutupnya. (Juniwati Theresia)