
Depok News – Sejak Subuh ratusan jamaah sudah memenuhi area Musholla An-Nuur Jalan Mandor Ety Kelurahan Tanah Baru, Beji, Ahad (17 September 2023). Kehadiran para jamaah ini dalam rangka mengikuti Majelis Kuliah Subuh se-Tanah Baru yang rutin diadakan setiap pekan.
Acara dimulai dengan sholat Subuh berjamaah dan dilanjutkan dengan zikir serta salawat. Setelah itu, menginjak ke acara inti, yaitu taushiyah yang disampaikan Ustadz Arsal Syah.
Dalam pengantar taushiyah nya, ustadz Arsal menyebutkan bahwa Majelis Jamaah Kuliah Subuh (JKS) Tanah Baru merupakan majelis kaum muslimin, yakni Majelis dimana kaum muslimin berkumpul dalam jumlah cukup banyak dan mereka hadir bukan karena paksaan.
Selanjutnya dai muda Depok ini menyampaikan ada empat pasang T yg semestinya ada dalam majelis kaum muslimin, yaitu pertama
Ta’abud untuk Taqorrub
“Forum majelis kaum muslimin di dalamnya harus menjadi sarana Ta’abud, sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT. Apalagi proses kegiatan diawali dengan rangkaian ibadah utama, seperti sholat Shubuh berjama’ah dan lain-lain. Karena merupakan proses ibadah (ta’abud) maka agar ibadah itu diterima Allah maka hati dan niat harus diluruskan, yakni semata-mata hanya karena Allah,” imbuhnya.
Kemudian Ustadz Arsal mengutip hadits, yang artinya: “Sesungguhnya perbuatan itu bergantung pada niat. Setiap orang memperoleh sesuai dengan apa yang diniatkannya.
Di samping niat, ada yg perlu diperhatikan agar ibadah kita diterima yakni kaifiyat (tatacara dan adab dalam beribadah). Ibadah perlu keseriusan dan mujahadah.
Ibadah hanya kita lakukan untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
Banyak diriwayatkan tentang bagaimana jika seorang mendekat kepada Allah maka Allah akan mendekatkan diri kepadanya dengan lebih baik.
Hadits Bukhari Nomor 6982
Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Abdurrahim] telah menceritakan kepada kami [Abu Zaid Said bin Rabi’ Al Harawi] tel
Pasangan T yang kedua adalah Taujih (arahan) yang di dalamnya ada proses Tholabul ‘ilmi (mencari ilmu)
Dalam majelis kaum muslimin semestinya ada Taujih; arahan berkaitan bagaimana kita menata kehidupan kita lebih baik baik di dunia dan akhirat yang disampaikan oleh pemateri kepada hadirin.
Dengan arahan-arahan ini seharusnya semua hadirin akan bertambah ilmu tentang agama sehingga akan lebih baik juga dalam praktek amalan agama sehari-hari.
Syarat tholabul ‘ilmi ada dua yakni, mengaktifkan dua indra penglihatan dan pendengaran. Tanpa ini maka kita akan kemanfaatanya tidak akan banyak dirasakan. Dalam majelis kaum muslimin, seperti sholat jum’at yang di dalamnya banyak arahan ilmu juga, semestinya akan bisa memperbaiki amalan-malan jama’ah yang hadir dan mencermati dan mendengarkannya.
Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).
Saat menuntut ilmu sebenarnya kita adalah sedang dalam perjalanan menuju surga
Dari Umar Al-Juma’iyyu-raḍiyallāhu ‘anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, maka Allah memanfaatkannya sebelum kematiannya.” Seseorang bertanya kepada beliau, “Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab, “Allah -‘Azza wa Jalla- akan memberinya petunjuk untuk beramal saleh sebelum meninggal, kemudian mewafatkannya di atas amalan tersebut.”
Hadis sahih – Diriwayatkan oleh Ahmad
Jadi, ketika Allah kehendaki sesorang dibuat baik maka Allah akan memanfaatkan dia. Bagaimana caranya ? Yakni Allah akan sibukkan dia dengan amal sholih sampai Allah matikan dalam keadaan tersebut.
Ketika kita baru saja melaksanakan aktifitas kebaikan dan datang terus dapat amanah-amanah lain dalam kebaikan yang datang berduyun-duyun maka kita semestinya harus bersyukur karena capek dan letih kita adalah dalam kebaikan.
Ketiga, yaitu Ta’liful Qulub wa ta’liful Afrad (menyatukan hati dan pribadi)
“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfaal: 63)
Jadi, Allah lah yang mengikat hati-hati orang beriman dengan keimanan mereka sendiri. Orang beriman selayaknya tidak bisa diikat dengan harta, jabatan atau apapun. Jika ada orang beriman hatinya bisa dibeli untuk mencintai seseorang atau sesuatu dengan harta, tahta dan sebagai nya, maka dia harus segera istighfar, introspeksi diri.
Semakin baik imannya maka semakin baik hubungannya dengan orang beriman. Jika hari ini kita susah mencintai orang beriman maka tanyakan pada hati kita, apa kabar hati apakah masih ada iman di sana? Jadi jaga hati kita, jangan sampai hilang keimanan itu karena bisa memunculkan kebencian dan lain-lain.
Ta’liful Qulub (penyatuan hati) dan Ta’liful ‘Afrad adalah proses menuju ta’awun untuk saling menolong.
Keempat, Tauhidul amal (konsolidasi amal) dan Taqwiyatush shoff (menguatkan barisan umat islam).
Majelis kaum muslimin hendaknya menjadi tempat kita mengkonsolidasi amal. Proses sama-sama dalam mengambil manfaat. Duduk bersimpuh bersama-sama dalam rangka tadarru’ (merendahkan diri dihadapan Allah) dan tawaddhu’ (merendahkan hati dihadapan manusia).
Dan konsolidasi amal ini diperlukan untuk menguatkan dan menata barisan.
”Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”(QS Ash-Shaf: 4).
Dalam perang , sebuah aktifitas crowded dimana yang sulit mengatur barisan dan ada ancaman kematian saja kita diminta untuk mengatur rapi barisan, jadi apalagi disaat aman maka sangat perlu ditata agar bisa lebih rapi, menyatu dan menggetarkan musuh-musuh islam.
Kalau ditemukan barisan kaum muslimin susah disatukan maka perlu dicermati QS Al Anfaal ayat 46 :
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar, “
Ukhuwah Islamiyah ini merupakan salah satu yang akan membuat gentar musuh-musuh mu dan musuh-musuh Allah dan musuh-musuhmu yang kamu tidak tahu dan Allah Tahu (red. Orang-orang munafik).
Imam Ghazali membahas tentang Al ghil (sebagaimana sering kita panjatkan dalam do’a kita :
Rabbanaghfirlana wali-ikhwaninalladzina sabaquna bil imani wala taj’al fi qulubina ghillan lilladzina amanu rabbana innaka ra-ufun rahim.
”Wahai Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang beriman lebih dahulu dari kami. Janganlah Engkau tanamkan ke dalam hati kami perasaaan dengki kepada orang-orang yang telah beriman lebih dahulu. Wahai tuhan kami, sungguh Engkau Maha Pemurah lagi Maha Penyayang kepada semua makhluq-Nya.”
Kita harus menghindarkan diri dari berbantah-bantahan antar sesama orang beriman, apalagi untuk sesuatu yg tidak penting, sesuuatu yang tidak prinsip, sesuatu yang memang menjadi ikhtilaf di kalangan ulama yang tidak bisa disatukan sampai hari kiamat.
Kita harus hindarkan berselisih kata yang akan membawa kita ke berselisih pendapat, yang mengarah ke persengketaan dan melahirkan kebencian dan permusuhan. Hindari berselisih kata > berselisih pendapat >persengketaan > kebencian>permusuhan).
Yang ditakuti oleh musuh-musuh islam adalah jika ummat Islam Bersatu. Jadi mari kita jaga ukhuwah Islamiyah.
Dari Umar Al-Juma’iyyu-raḍiyallāhu ‘anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, maka Allah memanfaatkannya sebelum kematiannya.” Seseorang bertanya kepada beliau, “Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab, “Allah -‘Azza wa Jalla- akan memberinya petunjuk untuk beramal saleh sebelum meninggal, kemudian mewafatkannya di atas amalan tersebut.”
Hadis sahih – Diriwayatkan oleh Ahmad
“Jadi, ketika Allah kehendaki sesorang dibuat baik maka Allah akan memanfaatkan dia. Bagaimana caranya ? Yakni Allah akan sibukkan dia dengan amal sholih sampai Allah matikan dalam keadaan tersebut.
Ketika kita baru saja melaksanakan aktifitas kebaikan dan datang terus dapat amanah-amanah lain dalam kebaikan yang datang berduyun-duyun maka kita semestinya harus bersyukur karena capek dan letih kita adalah dalam kebaikan,” pungkas Ustadz Arsal. (Hai)