- Khairulloh Ahyari –
‘Seumur hidup, saya baru ikut itikaf. Ternyata sangat nikmat. Insya Allah, tahun depan saya akan ikut kembali.’ Demikian seorang pejabat menyampaikan rasa hatinya, bisa itikaf bersama Bapak Walikota.
Malam itu, beberapa tahun yang lalu, pejabat dan masyarakat membaur. Dalam Itikaf bersama di masjid agung.
Pak Kiai hadir. Dari awal sampai akhir. Beliau ikut di semua rangkaian acara.
Di kesempatan yang lain, seorang mantan kepala dinas bercerita. ‘Di sebuah perjalanan bersama Pak Kiai. Saya diajak bernyanyi. Saya diajak olahraga. Saya diajak makan bersama. Saya diperlakukan layaknya seorang saudara. Kemudian, ketika kami menginap, beliau meminta kami bangun di akhir sepertiga malam. Diajaknya kami tahajud. Diimami beliau. Ya Allah. Tumpah air mata saya. Semoga Allah menerima taubat saya dan memberikan kebaikan kepada Pak Kiai.”
Kursi gerbong kereta ekonomi itu penuh terisi. Kereta luar kota, antar propinsi. Hampir 50 orang rombongan kami. Sepanjang jalan kami bercanda. Bersenda gurau. Juga bernyanyi. Ada juga yang membaca puisi. Yang paling berkesan, ketika waktu salat tiba, kami melaksanakan solat berjamaah. Di dalam gerbong kereta antar kota. Pak Kiai menjadi imamnya.
Di sepanjang perjalanan. Pak Kiai selalu menyapa kami. Tak jarang juga memuji. Beliau hadir. Tanpa jarak. Seperti orang tua. Seperti guru yang bijak. Seperti sahabat yang menemani.
Seorang warga biasa yang soleh meninggal dunia. Pak Kiai hadir melayat. Anak cucu almarhum menemani Pak Kiai membaca yasin dan tahlil. Ketika berdoa, pak Kiai terisak. Diikuti isak tertahan anak dan cucu almarhum yang soleh dan sederhana. Antara haru dan kesedihan berbaur.
Pak Kiai juga dikenal tepat waktu. Itu mashur di kalangan pejabat, camat, dan lurah serta birokrat. Juga di kalangan masyarakat. Bahkan, beliau biasa hadir ke undangan acara 10 menit sebelum acara dimulai.
Selain tepat waktu. Pak Kiai juga akrab dan hangat kepada semua pihak. Beliau akrab dengan tokoh nasional. Karib juga dengan ulama, tokoh masyarakat, pejabat dan masyarakat biasa. Kepada pegawai terendah, kepada pedagang kecil, kepada RT, juga pada semua, sikap beliau relatif sama.
Beliau mengajak kami, kepada semangat memberi manfaat. Mencari ilmu. Mengukir karya. Meraih bahagia dunia. Juga bahagia sejahtera akhirat. Beliau adalah sang murabi. Guru dan orang tua kami. Pemimpin kami. Murobi kami, walikota kami.
Selamat ulang tahun Pak Kiai Idris.
Selamat ulang tahun Pak Walikota kami.
Selamat ulang tahun wahai sang murobbi.
Semoga sehat, bahagia, dan selalu dalam rahmat dan berkah dari Allah SWT.
Depok, 25 Juli 2023