Oleh : Walikota Depok, KH. Dr. Mohammad Idris, MA.
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ” ( رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَابْنُ مَاجَهْ)
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang terus melakukan istigfar, niscaya Allah SWT akan menjadikan setiap persoalan (yang dihadapi) solusi (jalan keluar), melapangkan setiap kesempitan dan mendatankan rejeki dari jalan yang ia tidak duga (H.R. Abu Daud dan Ubnu Majah).
Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah atsar / hadits bahwa 10 hari kedua (pertengahan) dari Ramadhan adalah hari-hari dimana Allah menganugrahkan magfirohNya kepada hamba-hambaNya yang taat beragama, yaitu mereka yang bertekad untuk bertaubat, kembali ke jalan Allah SWT.
Ampunan atau magfiroh Allah SWT akan diberikan kepada hambaNya yang menginginkannya dan mengejar kebaikan-kebaikan dari Allah serta berlomba dalam kebajikan; karena ketika seorang hamba menginginkan magfiroh allah berarti ia mengakui kesalahan dirinya sekaligus mengakui bahwa dirinya tidak akan lepas dari perbuatan yang tidak disukai Allah, karenanya ia memohon ampunan dan meminta maaf kepada Allah SWT.
Permohonan hamba terhadap ampunan Allah yang sekaligus pengakuan kelemahan dan kesalahan diri, akan merefleksi kepada sikap dan perilaku tawadhu’ (rendah hati) kepada sesame, karena dalam saat yang sama ia juga mampu meminta maaf kepada sesame atas kesalahan yang ia perbuat baik disengaja maupun tidak disengaja.
Setiap hamba Allah yang beriman tidak pernah putus asa atas dosa dan kesalahan yang ia perbuat, karena ia yakin bahwa Allah akan mengampuni dosa dan kesalahannya jika ia meminta dan memohon kepadaNya, sebesar apapun dosa yang diperbuat
Rasulullah saw sendiri mengucapkan istigfar (permohonan ampun) dalam sehari tidak kurang dari 70 kali, padahal beliau adalah seorang hamba pilihan Allah yang telah diampuni seluruh dosa dan kesalahannya.