Oleh : Ustad Imam Budi Hartono, Anggota DPRD Propinsi Jawa Barat
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ibu kasih sayangmu setulus sinar matahari, jasamu tak terbalas, surgaku di telapak kakimu.
Itu sebuah penggalan syair lagu yang saya buat untuk ibu yang telah tiada, yang telah mendidikku membesarkanku sampai sukses seperti sekarang ini.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT, kalau saya mengenang aktifitas dan jasa ibu di bulan suci Romadhon terkadang saya ingin menangis, betapa tidak bayangkan saja di tengah malam ia mengadu kepada Sang Khalik, Sang Pencipta berdoa untuk dirinya anaknya suaminya dan umat.
Setelah itu ia memasak makan sahur untuk anak dan suaminya, setelah itu lalu membangunkan anak dan suaminya untuk makan sahur bersama.
Subhanallah, maka ketika sahabat bertanya siapa yang harus saya cintai Ya Rasulullah, Rasulullah menjawab ibu ibu ibu baru setelah itu Ayah.
Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari )
Dengan peran ibu bisa makan sahur bersama keluarga, sehingga keberkahan dari Allah akan melimpah untuk keluarga.
Begitu juga untuk berbuka puasa, tiap hari ibu yang menyiapkannya.
Rasulullah bersabda
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”
Wahai kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT, kalau sekarang ibumu masih hidup berbaktilah, kalau ibumu sudah tiada doakanlah kunjungilah makamnya agar dia bahagia.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh