Muslimah Tangguh, Muslimah Anti Baper

ilustrasi (istimewa)

DepokNews–Beberapa hari ini sering sekali mendengar kata baper. Baper adalah istilah anak jaman sekarang, yang dimana semua anak muda pasti kenal dengan istilah ini. Apalagi para akhwat pasti sering sekali dengar atau menggunakan kata yang satu ini, dan tidak dipungkiri juga bahwa akhwat lah yang paling sering merasakan hal ini. Seorang akhwat bisa tidak merasakan yang namanya “baper”? Bisa! tapi yang bermanfaat bagi generasi kita kedepannya, yaitu akhwat baper (bawa perubahan) bukan akhwat baper (bawa perasaaan).
Teman-teman, kita sebagai perempuan muslimah harus tangguh dalam menghadapi zaman yang super canggih dan super gaul ini. Karena Banyak yang masih beranggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. Selalu berurai air mata, merepotkan, dan masih banyak lagi. Anggapan tersebut tidak semestinya untuk manusia yang satu merendahkan manusia yang lain karena kekurangan atau kelebihannya. Ingatlah, bahwa kita semua dilahirkan dari perempuan-perempuan yang kuat, dan kekuatan ini tidak dimiliki oleh laki-laki.
Perempuan terlahir bukan berarti menjadi batasan untuk melakukan sebuah gerakan perubahan. Perempuan memegang peranan penting terhadap maju tidaknya sebuah peradaban. Dari rahimnyalah lahir generasi-generasi emas dan dari tangannyalah bangsa ini menjadi harum namanya. Karena kita tahu bahwa wanita adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Jadi tidak terlalu berlebihan ketika ada pepatah mengatakan perempuan adalah tiang negara. Sejatinya manusia hidup bukan hanya untuk menghasilkan keturunan yang menciptakan rantai peradaban, tetapi bagaimana mendapatkan keutamaan dan ridho disisi Allah dari peradaban yang telah dihasilkan. Hal ini mengaskan bahwa seorang wanita bukan hanya dijadikan sebagai tempat mengandung dan melahirkan keturunan, namun bagaimana ia bisa menjadi pendidik bagi generasi dan bagi penerus bangsa.
Ingatlah ketika sebelum Islam masuk, perempuan begitu direndahkan dan dimanfaatkan sebagai sarana kesenangan semata. Orang-orang Romawi membolehkan seorang ayah untuk menjual istri dan anak perempuannya. Dibeberapa negara, perempuan tidak diperbolehkan memiliki harta benda. Bahkan orang-orang Arab jahiliyah pun lazim mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup, hanya ia seorang perempuan!
Tetapi ketika Islam hadir, semuanya berubah. Perempuan diangkat derajatnya, dimuliakan dan tidak ada lagi diskriminasi. Perempuan dihormati tidak boleh diwariskan, tidak halal ditahan dengan paksa, kaum laki-laki diperintah untuk berbuat baik kepada mereka, dan para suami dituntut untuk memperlakukan mereka dengan makruf serta sabar dengan akhlak mereka.

Muslimah itu Mulia dan diIstimewakan

Allah SWT menciptakan perempuan dengan kodratnya sebagai perempuan, yang dikaruniakan berbagai kelebihan yang tidak dimiliki laki-laki. Tujuannya agar dapat menjalankan tugas dan peran dengan baik. Islam juga memuliakan perempuan dengan memberi tugas utama sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Hal ini tentu tidak boleh dianggap sepele, karena tugas tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Salah satu keistimewaan perempuan terdapat pada hadis populer berikut ini: Dari Abu Hurairah beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi Saw menjawab, ‘Ibumu’! Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi Saw menjawab ‘Kemudian Ayahmu.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadis tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi Saw menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali.” Bila hal itu udah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya.

Muslimah Mandiri dan Memandirikan

Kondisi zaman yang serba maju ini, menuntut pentingnya seorang muslimah untuk terus menggali potensi yang dimiliki. Ia harus bisa mandiri dalam artian mampu mempertahankan dirinya untuk tetap berdaya. Muslimah harus mandiri, tidak jadi beban orang lain. Tidak hanya mandiri secara finansial (ekonomi), namun yang lebih penting adalah mandiri dalam kuatnya keimanan kepada Allah SWT. Muslimah yang mandiri keimanannya akan mampu mengarungi kehidupan dengan kukuh. Keimanannya tidak akan tergadaikan hanya untuk kepuasan sesaat. Dia akan berpegang teguh dengan aturan Allah, di manapun dan dalam kondisi apapun. Karena dia senantiasa merasa ditatap dan diawasi oleh Allah SWT.
Muslimah yang mandiri dan memilki kemampuan bersosialisasi dengan baik akan memberikan manfaat ganda dalam kehidupannya. Dirumahnya, ia menjadi seorang istri dan ibu yang baik bagi suami dan anak-anak. Ia akan mengajarkan banyak hal kepada anak-anaknya. Dilingkungan masyarakat,ia mampu berperan serta memberikan manfaat dan memberdayakan orang-orang disekitarnya yang masih belum berdaya.
Ada beberapa contoh peran muslimah yang turut andil dalam pemberdayaan masyarakat adalah Tutik Sri Susilowati. Ia biasa dipanggil Umi Tutik. Warga petukangan, Jakarta Selatan ini merupakan satu dari sekian banyak muslimah yang beruntung. Selain sebagai ibu rumah tangga, aktivitasnya saat ini membina masyarakat untuk melakukan proses daur ulang sampah. Alhasil sampah-sampah plastic maupun kain yang selama ini menjadi masalah kebersihan masyarakat, kini menjadi tambang emas bagi warga dikelurahan Petukangan. Melalui kelompok Keswadayaan Masyarakat (KSM) Nyiur kelurahan Petukangan, Umi Tutik tidak sekadar mengajari bagaimana warga bisa menyulap sampah menjadi barang berguna. Tetapi sekaligus juga bagaimana hasil akhir dari proses daur ulang sampah tersebut bisa menghasilkan uang.
Jadi yang terpenting bagi seorang muslimah adalah menjadi muslimah yang kuat dan tangguh. Yakni muslimah yang menghadapi berbagai kesulitan hidup dengan selalu bersandar kepada Allah, sehingga ia selalu optimistis menjalani kehidupan. Namun, muslimah kuat itu bukan berarti tidak membutuhkan teman untuk berbagi. Berbekal keyakinan yang kuat, ia menjadikan teman atau apapun hanya sebagai syariat datangnya pertolongan Allah. Ia pun senantiasa mengembalikan hakikat kejadian yang dialami atas izin Allah SWT. 

Wallahu a’lam bishawab.

Oleh: Lisa
Kampus: STEI SEBI

Published
Categorized as Opini